Pages

Thursday, March 17, 2011

Pekan Terakhir Kerja di Malang

Pergi ke kota asal. Kembali ke tempat dimana aku dibesarkan selama 20 tahun. Saat memikirkannya, ada rasa senang. Namun ada pula rasa hampa. Senang, tentu saja karena akan bertemu dengan keluarga kembali. Hampa, karena sebagai seorang pria yang memiliki jiwa penakluk, akan meninggalkan kota yang kutinggali selama setahun dan kembali ke kandang.

Hari-hari terasa cepat berlalu. Tapi aku tak mau meninggalkan Malang tanpa meninggalkan jejak yang bisa dikenang oleh rekan-rekan serta saudara-saudara disini. Ada rencana yang belum terlaksana disini, dan tak akan kubiarkan tak terlaksana. Ada keinginan yang belum terwujud disini, tapi pasti akan kuwujudkan suatu hari nanti.

Kandang yang telah membesarkanku, apa kabarmu? Aku kembali bukan tanpa perubahan. Aku datang dengan pertimbangan dan rencana yang telah kurenungkan. Aku datang dengan apa adanya diriku hari ini.

Komunitas yang kukasihi di Malang, akan selalu ada di hatiku. Aku belajar dari komunitas Malang, bahkan dari orang-orang yang lebih muda. Aku adalah bagian dari satu kesatuan yang besar, universal, dan tak tergoncang. Gereja, tubuh Kristus, jemaat, adalah rumah kediaman-Nya. Bangunan ilahi yang tak tergoncang walau bangunan jasmani tergoncang. Organime yang tergorganisir oleh Kepala Yang Maha Agung.

Dimanapun aku ditempatkan, takkan kuingkari bahwa aku pria, yang oleh-Nya diberi mandat untuk menaklukkan bumi. Yang akan berusaha diatas tanah yang kujejaki. Yang menempatkan diri sebagai anak bagi Bapaku. Yang menerima hati bapa dari Bapaku. Dan yang menjadi bapa buat anak-anakku.