Pages

Thursday, August 18, 2011

Sepenggal Doa untuk Indonesia

Sejenak merenung tentang negeri dimana aku dilahirkan. Tanah air dimana aku belajar merangkak, berjalan, dan berlari. Negeri yang kaya sumber daya alamnya. Bangsa yang mendiaminya pun terkenal ramah sejak dahulu kala. Segala sesuatu tentang Indonesia telah menarik banyak bangsa untuk datang, singgah, dan menikmati kekayaannya. Ya, bahkan beberapa dari pendatang itu sampai lupa diri bahwa bukanlah mereka yang empunya semua itu. Dikeruknyalah kekayaan zamrud khatulistiwa, diperasnyalah daya bangsa aslinya.

Namun orang-orang yang sejak semula mendiami Nusantara tidak berdiam diri begitu saja. Mereka adalah orang-orang sederhana yang bertindak dan berpikir dalam kesederhanaan. Dan dalam kesederhanaan itu ada hasrat untuk hidup merdeka. Merdeka untuk mengelola semua sumber daya yang ada di Nusantara. Merdeka untuk mensejahterakan setiap penghuni negeri ribuan pulau ini.

Maka tekad yang bulat dan niat yang tulus melahirkan tindakan-tindakan yang nyata. Semua berujung pada satu tujuan, KEMERDEKAAN. Dengan segenap pengorbanan yang tak sanggup dihitung dengan ribuan jari, Indonesia menyatakan diri sebagai negara yang MERDEKA.

Hari ini, walau bangsa asing tak secara langsung menyatakan diri berkuasa atas negeri impian, namun nilai KEMERDEKAAN bagai besi yang digerogoti karat. Generasi ini telah cukup jauh berpaling dari cita-cita KEMERDEKAAN. Dan akupun menangis. Dalam tangisku, terucap doa sederhana. Doa yang kuambil dari kalimat yang pernah diucapkan seorang pemazmur bernama Asaf. Inilah doaku, dengan cinta, dari hatiku, untuk Indonesia.

Mazmur 79:8-9. Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu!