Pages

Wednesday, October 31, 2012

Menunjuk Kemunafikan Diri

Ada hal yang cukup menggelitik tentang apa yang (katanya) diinginkan manusia, dengan apa yang sesungguhnya diinginkannya. Karena saya berkecimpung di dunia media, maka saya akan beri contoh di dunia media televisi. Pada beberapa survey, pertanyaan tentang tayangan yang diinginkan untuk ditingkatkan durasi atau jumlah programnya, maka paling banyak jawabnya adalah tayangan yang mendidik. Tapi kalau kita lihat hasil rating, ternyata tayangan dengan rating tertinggi adalah sinetron (dengan segala nilai yang disuguhkannya). Apakah ini kontradiktif?

Ternyata apa yang diucapkan mulut seringkali tidak sesuai dengan yang dilakukan. Ada ketidaksinkronan yang sungguh tidak sepele. Mari kita akui kenyataan ini, bahwa kita ternyata bersikap munafik dalam beberapa hal. Kita telah lihai dalam berbohong sekalipun tidak pernah diajari dimanapun. Sebagai rakyat jelata, tidak jarang kita meneriaki para birokrat yang korup, tanpa sadar bahwa kita pun tidak kalah korup dibanding mereka.

Ada satu quote yang cukup terkenal, "Kita menilai orang lain berdasarkan apa adanya dia, sedangkan menilai diri sendiri berdasarkan apa yang kita harapkan tentang diri kita". Tampaknya hal ini banyak terbukti di keseharian kita.

Pembaca yang budiman, untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik diperlukan keteladanan. Bukan dengan menunjuk muka orang lain, padahal kita belum melakukan kebenaran tentang nilai yang dimaksud. Tindakan menuntut memang menyenangkan bahkan mungkin menciptakan semacam perasaan puas. Ya, seberapa besar kita merasa kesenangan dalam hal menunjuk, menuntut, dan melihat orang lain jatuh, dibandingkan kesenangan memuji, mendorong, dan melihat orang lain berhasil? Silahkan direnungkan sendiri.

Dan kata itulah yang tidak mudah untuk dijalani, keteladanan. Keteladanan dimulai dari menanggalkan pola pikir yang salah, dan mengenakan pola pikir yang benar. Keteladanan dibangun dengan upaya keras, disiplin, dan keseriusan. Oh, sungguh mudah mengucapkannya, namun tak mudah menjalaninya. Namun, demi masa depan yang lebih baik, demi kota yang dipulihkan, demi bangsa yang menikmati kemakmuran, mari kita mulai melangkah. Melangkah dan bergandengan tangan, karena pembaca yang budiman tidak sendirian.

@ruang berukuran 3x4 m