Pages

Sunday, November 17, 2013

Sedikit Tentang Identitas



Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata identitas? Mungkin sebagian kita terpikir KTP, SIM, dan semacamnya yang disebut kartu identitas. Mungkin juga ada pemikiran-pemikiran lain yang terbersit saat kita mendengar kata identitas. Persoalan identitas merupakan persoalan mendasar setiap pribadi. Itulah sebabnya saya tertarik untuk sedikit membahas tentang hal ini.

Pertama-tama kita lihat dulu apa kata KBBI tentang identias. Menurut KBBI, identias adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Mari kita bahas pengertian pertama, ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Setiap pribadi yang hidup di dunia ini unik. Tidak ada satu pun yang identik sempurna. Anak kembar sekalipun akan memiliki ciri-ciri yang berbeda pada beberapa hal. Sekalipun ada banyak kemiripan antara dua pribadi, akan selalu ada ciri khusus yang membuat mereka bisa dibedakan atau dikenali sebagai pribadi yang berbeda. Semua kombinasi ciri-ciri fisik maupun perilaku manusia memunculkan keunikan tiap pribadi tersebut. Nah, jika tiap pribadi itu mempunyai kombinasi unik yang menjadikan “dirinya adalah dia”, maka semestinya kita tidak harus capek berusaha menjadi orang lain.

Apa yang membuat Danu adalah Danu adalah tinggi badannya yang tanggung, matanya yang minus, rambutnya yang ikal, kulitnya yang sawo matang cenderung terlalu matang, wajahnya yang biasa saja, lesung pipi di sebelah kanan, dll. Itu adalah ciri dan keadaan khusus fisik yang membuat orang mampu mengenali Danu sebagai Danu. Uniknya, nama saya pun sebenarnya adalah bagian dari identitas juga. Selain itu ada fakta-fakta yang tidak pernah bisa diubah (bisa juga disebut latar belakang), seperti: saya lahir di Blitar, bulan Mei 27 tahun yang lalu, dibesarkan di Surabaya, tumbuh sebagai Arek Suroboyo, wong Jowo, bertanah air Indonesia, dll.

Jati diri secara sederhana saya artikan sebagai kesejatian diri, siapa diri kita sesungguhnya. Sedikit banyak mirip dengan hal-hal diatas. Tapi, saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang non-fisik. Jati diri manusia dibentuk oleh bahan/sifat dasarnya dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Adanya pengaruh lingkingan semestinya tidak membuat bahan/sifat dasar itu lenyap. Bahan dasar yang saya bicarakan bukan hanya tentang tempramen, tapi juga tentang purpose yang diletakkan oleh Sang Pencipta pada pribadi tersebut. Saya teringat pada masa SMP guru BK menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri/identitas. Berdasarkan penjelasan di atas sebenarnya jati diri atau identitas itu tidak perlu dicari karena setiap pribadi sudah mempunyainya. Yang perlu dilakukan sebenarnya adalah mengenali (identifikasi) dan memunculkannya. Memunculkannya dengan percaya diri. Saya mengatakan tidak perlu dicari karena dalam benak saya kegiatan mencari itu dilakukan di luar dirinya, di luar keluarganya, padahal sesungguhnya jati diri itu letaknya di dalam.

Seperti pernah saya bahas pada tulisan saya yang dulu (duluuuu sekali), bahwa krisis identitas menyebabkan banyak masalah. Krisis identitas menyebabkan krisis karakter, krisis perilaku, dan lain sebagainya. Dan adalah hal yang kurang tepat bahkan mungkin berbahaya jika “mencari” jati diri di luar keluarga. Karena sebenarnya jati diri/identitas kita dengan mudah bisa kita “temukan” atau istilah yang lebih saya sukai “kenali” di dalam keluarga. Oh, mengapa lagi-lagi kembali ke keluarga? Karena di dalam keluargalah pertumbuhan yang sehat bisa terjadi. Keluarga adalah tempat paling ideal untuk mengenali dan memunculkan identitas tanpa rasa malu atau takut. Hal ini tidak berarti seseorang harus mengisolasi diri dari lingkungan yang luas. Hanya saja, dalam urusan identitas, keluargalah tempatnya.

Pembaca yang budiman, mari mengidentifikasi identitas kita di lingkungan yang benar, yakni keluarga kita. Lalu bagaimana jika keluarga kita tidak ideal? Tidak ada keluarga yang benar-benar ideal dalam pandangan kita. Bagaimana jika keluarga kita kacau balau? Bergumullah untuk pemulihannya. Bagaimana jika kita yatim piatu? Temukanlah keluarga, karena sebagai makhluk sosial sesungguhnya kita tidak pernah yatim piatu. Suatu bangsa yang identitasnya geje alias tidak jelas dimulai dari pribadi-pribadi yang identitasnya geje. Berhenti mengata-ngatai bangsa kita sendiri dan mari mulai pembaharuan dari diri kita.

Semua yang tertulis di kartu identitas (KTP) kita memang menunjukkan identitas kita. Namun itu hanya menunjukkan aspek fisik dari identitas. Aspek latar belakang saja yang tertera disana, namun kita tidak menemukan keterangan mengenai purpose disana. Maaf, saya pakai istilah purpose karena tidak menemukan istilah dalam bahasa Indonesia yang sama kedalaman maknanya. Oleh karena itu aspek purpose ini yang sangat perlu kita kenali dan kita munculkan sebagai identitas.

Akhirnya bisa juga menulis blog dengan menggunakan PC (ditandai dengan isi blog yang sedikit lebih panjang dari biasanya). Semoga tulisan yang mbulet ini tidak membuat pembaca mengernyitkan dahi saking mbuletnya pikiran. Lebih dari itu, semoga tulisan ini bermanfaat.