Pages

Tuesday, February 16, 2016

My Smartphone My Valentine


Ada yang bilang kalau Februari adalah bulan penuh cinta. Walaupun bagi saya tiap bulan adalah bulan penuh cinta, kali ini saya akan menulis sesuatu tentang cinta. Mungkin apa yang akan saya tulis ini lebay. Biarlah, saya sudah siap dengan risiko dibilang lebay.

Bicara soal cinta tidak akan lepas dari satu kata, kesetiaan. Salah satu tanda adanya cinta adalah hadirnya kesetiaan. Dan sekarang saya akan bertutur tentang kisah cinta saya dan "sesuatu". Dibilang sesuatu karena ia tidak cocok dibilang seseorang atau sesosok. Ini adalah kisah antara saya dan ponsel.

Ya, ponsel yang saya gunakan telah setia menemani saya selama empat tahun. Begitupun saya setia merawat dan tidak mencampakkannya. Meskipun banyak godaan dan omongan di sekitar yang berkata, "Sudah, ganti saja handphonenya", namun saya tidak bergeming. Perlu pembaca ketahui bahwa tulisan ini juga dibuat di ponsel itu.

Ponsel ini sangat imut. Memang begitulah selera saya. Namun kemampuannya luar biasa dibalik spesifikasi yang tampak biasa saja. Kameranya termasuk bagus, walaupun tidak bisa dibilang terbaik. Prosesor yang cuma single core dan RAM 512MB dengan OS Ice Cream Sandwich mengingatkan saya pada PC di rumah yang masih Pentium 4 ber-OS Windows XP. Walaupun begitu aplikasi yang terpasang dapat berjalan dengan lancar. Hanya saja internal memory yang cuma 400MB membuatnya tak bisa memuat banyak aplikasi.

Ponsel ini sangat stabil dan nyaris tidak pernah rewel. Walaupun begitu dia sudah mengalami pergantian batere karena yang lama sudah hamil. Ia pun sangat tangguh. Bekerja di suhu ruangan yang sangat dingin seperti kulkas, keluar ruangan menyongsong panasnya kota Surabaya, beberapa kali kehujanan, bahkan beberapa kali terjatuh, tetap membuatnya bekerja.

Kini, setelah anniversary ke-4 saya masih berencana menggunakannya. Banyak petualangan menanti di depan. Ketangguhan ponsel ini masih bisa diandalkan dan akan terus diuji. Oh ya, sudah bicara panjang lebar tapi belum tau merk ponselnya ya. Ponsel saya adalah Sony Ericsson Xperia Mini Pro. Semoga tulisan ini bermanfaat, walaupun bukan sebagai review ponsel, setidaknya sebagai sebuah renungan tentang kesetiaan.

NB: Ini bukan iklan, dan saya tidak dibayar oleh Sony untuk menulis ini. Saya juga tidak promosi diri sebagai pria setia walaupun memang itu kenyataan. Hehehe.