Pages

Saturday, August 17, 2013

Merdeka

Merdeka...!!!
Merdekalah bangsaku...!!!
Merdeka untuk menentukan tujuan bangsa.
Merdeka untuk bersama-sama menggapai tujuan itu.
Merdeka untuk mengasihi sesama.
Merdeka untuk merayakan keberagaman.
Merdeka untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
Merdeka untuk menghormati keyakinan yang tidak kita hidupi.
Merdeka untuk menjalin persatuan dan kesatuan.
Merdeka untuk saling menolong sesama.
Merdeka untuk mengelola sumber daya alam.
Merdeka untuk mengusahakan kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Merdeka untuk memanusiakan manusia sebagai sesama yang sama harkat dan martabatnya.
Merdeka untuk menghargai perjuangan para pendahulu kita.
Merdeka untuk membangun di atas dasar yang telah diletakkan oleh para bapak bangsa.
Merdeka untuk mempersiapkan generasi penerus menjadi generasi yang lebih berkualitas.

Sunday, August 4, 2013

Merasa Kenal

Setiap kita pasti lahir dari satu institusi yang disebut keluarga. Ikatan unik dalam keluarga saya bagi menjadi dua, yaitu ikatan perjanjian dan ikatan sedarah. Ikatan perjanjian terjadi antara kedua orangtua, mereka bersatu karena perjanjian nikah. Sedangkan ikatan sedarah terjadi antara orangtua dengan anak, dan antara anak dengan anak (persaudaraan).

Dalam hubungan jenis apapun, kunci penting yang membuatnya dapat berjalan baik adalah komunikasi. Inilah kebenaran yang sering disangkal oleh sebagian orang. Mungkin bukan secara perkataan, tapi secara perbuatan kita menyangkalnya. Sebagian dari kita menyangka bahwa dengan menjadi sedarah atau tinggal serumah, maka otomatis anggota-anggota di rumah akan mengenal dengan baik. Kenyataannya hal itu salah besar. Jika komunikasi dalam rumah tidak berjalan baik, maka pengenalan juga tidak berjalan baik.

Itulah sebabnya kita sering mendengar anak-anak mengeluh tentang orangtua mereka, "Ayah dan ibu tidak memahamiku. Mereka tidak pernah mau mendengarku". Orang-orangtua berkata, "Anakku tidak mau taat perkataanku". Dan sebagian lagi mengeluh, "Kakakku selalu mau menang sendiri. Ia bahkan lebih mirip saingan daripada saudara". Masih banyak hal senada yang kita temui atau mungkin pernah alami.

Kita bisa menjadi saudara yang buruk bagi kakak/adik kita tapi bisa menjadi sahabat yang baik bagi teman kita. Mengapa? Karena kita berkomunikasi dengan teman kita lebih baik dari saudara kita. Kita menganggap sudah kenal saudara kita padahal kenyataannya kita cuma tinggal serumah tanpa membangun komunikasi yang baik. Ada sebuah kata bijak menuliskan demikian, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara". Ini fakta yang tidak selalu berarti salah. Mempunyai sahabat karib adalah hal yang sangat baik. Namun membangun persahabatan yang karib dengan saudara juga adalah hal yang sangat luar biasa. Tidak perlu merasa aneh bertanya kepada adik/kakak kita, "Bagaimana kabarmu? Bagaimana sekolahmu/pekerjaanmu hari ini? Cerita dong tentang harimu". Bagi yang tidak terbiasa melakukannya akan terasa aneh, tapi inilah cara kita untuk sungguh-sungguh mengenal seseorang yang kita sangka telah kita kenal.

Komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan jenis apapun. Kabar buruknya, sebagian kita lebih sulit berkomunikasi dengan saudara/orangtua sendiri ketimbang dengan teman-teman. Satu-satunya solusi tentang ini adalah berkomunikasi. Bertanyalah, berceritalah, dan dengarkanlah mereka, maka perlahan pengenalan dan pemahaman kita akan mereka akan berkembang. Cara kita berkomunikasi selama ini mungkin kurang dapat dipahami, oleh karena itu cara berkomunikasi sah-sah saja mengalami perubahan. Bahkan jika cara berkomunikasi kita yang menurut kita sudah baik pun perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Kabar baiknya, orang-orang yang berkomunikasi dengan baik dengan anggota keluarganya akan mempunyai identitas diri yang jelas dan tegas.

Masalah identitas diri adalah hal paling penting yang harus dimenangkan setiap pribadi. Telah begitu banyak anak-anak tersesat karena mencari identitas diri di luar keluarga, padahal identitas itu bisa ditemukan di dalam rumah. Dengan identitas diri yang jelas dan tegas, kita menampilkan keunikan yang mempesona saat berada di luar rumah. Kita pun juga menjadi pribadi yang tidak mudah diombang-ambingkan berbagai macam opini.

Masyarakat yang sehat dimulai dari keluarga yang sehat. Mari berhenti berpura-pura atau merasa kenal, dan mulai mengenal dengan sesungguhnya orang-orang terdekat kita. Saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah kata bijak yang sangat manis, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."