Pages

Sunday, December 27, 2015

Surat Terbuka Buat Sobat Muda

Sobat muda, seberapa banyak di antara kita kini terkulai tak berdaya? Langkah kita gemetar, bahkan untuk merangkak pun sendi iman kita sulit digerakkan. Di sisa kenangan kejayaan, kita melihat ke belakang sebuah gairah yang dahsyat bagi Tuhan.

Dulu, kita begitu berapi-api, namun kini mungkin nyala api itu sudah memudar. Cinta yang menggelora kepada-Nya telah redup, karena kita telah menjadi terlalu sibuk mencintai ciptaan-Nya. Hobi, kesenangan, kekasih, pendidikan, obsesi, dan banyak hal lain telah menggeser secara perlahan prioritas hidup kita.

Sadarlah! Jangan terlena, kawan! Jangan memuja kesenangan! Apa yang menyenangkan hatimu itu memang sah-sah saja kau lakukan. Tapi di dalam Kristus, kita tidak dipanggil untuk mengejar kesenangan. Kejarlah perkenanan-Nya! Lakukanlah apa yang merupakan kesenangan bagi-Nya! Perhatikanlah ini baik-baik: ketika kita sibuk menyenangkan diri sendiri, kita akan lupa menyenangkan Tuhan.

Hai kamu anak muda yang kini terkulai dan pudar, mungkin banyak tekanan yang menghimpitmu. Tak jarang sakit hati dan kebencian menghalangi pemulihan hatimu, sehingga tiap kali patahan hatimu hendak direkatkan kau menghalanginya dengan kebencianmu. Buanglah kebencian dari hatimu, kawan. Lepaskan beban yang tak seharusnya kau pikul. Membenci membuatmu seolah berjalan dengan membawa beban berat, sehinggga kau tak akan bisa berlari. Jangankan berlari, menjaga keseimbangan langkah agar tak terjatuh pun sudah terasa begitu sulit. Ampunilah mereka yang telah menyayat hatimu. Aku tau mereka adalah orang-orang terdekatmu: ayah, ibu, kakak, adik, sahabat, dan pemimpin rohani.

Sobat muda, aku percaya kau bisa kembali berdiri tegak. Aku yakin kau bisa kembali menyalakan api cinta terdahsyat bagi-Nya. Hanya, kembalilah kepada-Nya. Pulanglah, dan perbaharui hati, komitmen, dan prioritasmu kepada-Nya. Dia telah menunggumu selama ini.

Salam,
Sahabatmu
Danu Retakson

Thursday, December 24, 2015

Perayaan Peringatan Natal

Beberapa tahun belakangan, saya cuti dari hingar bingar Natal. Tahun demi tahun berlalu dengan perenungan sederhana dan berbagi keceriaan bersama keluarga dan komunitas.

Ada sedikit yang berbeda di tahun ini. Saya kembali menyaksikan Natal yang hingar bingar dari sejak persiapan hingga pelaksanaannya. Walaupun tetap saja posisi saya adalah penonton, penikmat, pemirsa semata.

Semua kesibukan yang dijalani para pengisi acara itu membuat saya sejenak berpikir: betapa luar biasanya orang-orang ini, menyediakan waktu di tengah perannya sebagai ayah, ibu, suami, istri, anak, kakak, adik, pekerja, atau pelajar. Kemudian hati saya berbisik, "Tuhan, sebenarnya Kau ingin kami merayakan Natal dengan cara bagaimana?". Pertanyaan itu terus terngiang di kepala siang dan malam. Hingga suatu saat saya tiba pada dua kata sederhana, yaitu perayaan dan peringatan.

Menurut KBBI arti kata perayaan: pesta (keramaian dan sebagainya) untuk merayakan suatu peristiwa. Tentu definisi ini tidak mentah mentah saya telan, karena yang saya hendak cari bukan perayaan menurut kamus bahasa. Namun setidaknya definisi itu bisa menjembatani perenungan ini. Kata dasar dari perayaan adalah raya, dan arti kata raya adalah besar. Secara sederhana perayaan bisa diartikan pembesaran atau membuat jadi besar. Saya bisa katakan perayaan itu seperti menaruh kaca pembesar di depan sebuah benda atau menampilkan sebuah gambar melalui proyektor sehingga tampak pada layar. Tujuan kedua hal tersebut sama, yakni membuat sesuatu tampak lebih besar. Lantas apa yang dibuat tampak besar dalam perayaan Natal? Apa atau siapa yang kita proyeksikan pada perayaan Natal kita? Mari kita jawab sendiri.

Kedua, Natal adalah perayaan yang berupa peringatan. Artinya kita merayakan sebuah peristiwa yang sudah pernah terjadi. Peringatan diadakan supaya kita ingat akan peristiwa itu. Mengapa saya membahas tentang peringatan? Karena ada perayaan yang berkaitan dengan peristiwa yang sedang terjadi dan hanya terjadi sekali, mis: perayaan pernikahan atau perayaan kelulusan sekolah. Karena Natal adalah peristiwa yang sudah terjadi 2000 tahun yang lalu maka sejatinya tidak sulit bagi kita untuk menetapkan fokus kepada apa yang diperingkati. Lalu, apa yang kita peringati saat Natal?

Namun, jika kita menelusuri Alkitab, tidak akan ditemukan keterangan tentang bagaimana jemaat mula-mula merayakan Natal. Pertanyaan lebih mendasarnya adalah: apakah jemaat mula-mula juga merayakan Natal? Atau apakah Yesus memerintahkan murid-murid untuk merayakan kelahiran-Nya? Pertanyaan-pertanyaan ini bagi umat Kristen sendiri kerap menimbulkan polemik. Akibatnya ada golongan yang anti dengan perayaan Natal, ada golongan yang pro dan tidak mempermasalahkan perayaan Natal.

Sejauh yang kita tahu tentang peringatan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula adalah perjamuan Tuhan yang mengingatkan kita akan pengorbanan Kristus. Namun bukan berarti merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia adalah dosa. Tidak semua hal yang tidak tertulis di Alkitab itu tidak boleh dilakukan.

Akhirnya, perenungan yang agak geje ini saya tutup dengan ucapan SELAMAT NATAL.

Tuesday, June 30, 2015

Dandan



“Maaf ya, aku gak dandan”, itulah kalimat yang sering diucapkan pasangan saya ketika kami hendak pergi ke luar. Karena pada dasarnya saya suka penampilannya yang polos, maka hal itu tidak menjadi masalah.

Saya menyadari bahwa pasangan saya ingin tampil cantik ketika kami pergi keluar. Mungkin saja dia tidak ingin membuat saya merasa malu jika dilihat orang lain. Atau setidaknya dia ingin terlihat cantik di depan saya. Apapun alasannya, saya menangkap kenginannya untuk memberikan yang terbaik.

Hubungan kita dan Tuhan tak ubahnya seperti sepasang kekasih. Tuhan dengan segala kesempurnaan telah mengasihi kita dengan bukti nyata. Tak akan pernah cukup waktu yang kita miliki untuk menghitung betapa besarnya cinta-Nya bagi kita. Di lain pihak, kita dengan segala kekurangan dan keterbatasan, berupaya menyenangkan hati-Nya dengan melakukan yang terbaik.

Kadang kita merasa tidak layak bersanding sebagai kekasih Tuhan, karena kita merasa “dandanan” kita tidak cukup baik. Ketika berjalan di sisi-Nya kadang kita mendapati diri penuh dengan debu dan kotoran, sehingga sejenak kita menghentikan langkah untuk membersihkan diri. Tentu saja keinginan untuk selalu terlihat bersih dan menarik di mata-Nya adalah hasrat yang mulia.

Walaupun Tuhan mengasihi kita apa adanya, tapi Dia tidak membiarkan kita seadanya (meminjam kata-kata Max Lucado). Dia akan mendandani manusia batiniah kita agar makin terlihat cantik. Bagi saya, penampilan pasangan yang polos itu indah, namun tidak semua momen layak dihadiri dengan dandanan polos. Saat menghadiri acara resmi, tentu saya mengharap dia berdandan sedikit berbeda dengan saat nongkrong. Kita pun sebagai calon mempelai-Nya harus bersiap dengan dandanan terbaik saat menyongsong kedatangan-Nya untuk membawa kita kepada kekekalan.

Pakaian rumahan hanya cocok dipakai di rumah, untuk pergi ke pesta kita perlu mengenakan pakaian yang berbeda. Perenungan sederhananya adalah, adakah kita masih memiliki hasrat untuk tampil maksimal di hadapan-Nya? Bukan tampilan fisik, namun keindahan batin.

Sunday, May 10, 2015

Rekreasi

Pagi ini kayuhan pedal membawa sepeda saya meluncur dari rumah saya di kawasan Surabaya Barat menuju tempat kerja di Surabaya yang lebih barat lagi. Seperti yang sudah biasa terlihat di Minggu pagi, banyak orang berolahraga. Ada yang bersepeda, jogging, atau sekedar jalan santai.

Seorang pria mengayuh sepeda gunung, di belakangnya sang istri membonceng anaknya mengendarai city bike. Pemandangan keluarga harmonis ini sungguh membuat terharu. Di sisi lain, sekelompok anak usia SD ber-BMX ria sambil bergurau bersama. Sementara mbak-mbak manis di samping trotoar tampak menikmati segelas es cincau dengan wajah berkeringat. Sambil terus mengayuh saya menikmati momen memiliki rekan-rekan olahraga pagi yang tidak dikenal ini.

Beberapa ratus meter kemudian ada sekelompok orang melakukan senam aerobik dengan riang di area parkir sebuah pasar modern. Setelah itu masuklah ke salah satu kawasan elite di Surabaya Barat yang dekat dengan tempat kerja. Saat melewati perumahan ini saya teringat dengan perkataan seseorang di salah satu talk show TV, "olahraga kalau cuma seminggu sekali itu namanya rekreasi". Beruntunglah ketika menonton acara tersebut, saya sudah berolahraga secara teratur, jadi tak merasa tersinggung. Hehehe.

Memang benar, untuk memperoleh manfaat terbaik dari olahraga adalah melakukannya dengan teratur setiap hari. Jika cuma rekreasi, maka manfaat yang didapat tentu kurang maksimal. Menjaga kebugaran tubuh adalah tanggungjawab kita masing-masing. Hal ini harus dilakukan setiap hari. Jika tubuh kurang gerak pasti banyak efek negatif; loyo, kurang semangat, lebih rentan terserang penyakit, dll. Bagi kita yang jarang berolahraga, ketika mulai berolahraga biasanya badan akan pegal-pegal atau kaku (orang jawa bilang njarem). Itu sangat wajar dan sebuah kabar baik. Nah, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah terus berolahraga besok, lusa, dan seterusnya. Jangan berhenti olahraga hanya karena otot jadi terasa sakit pasca berlatih. Percayalah, jika kita teratur berolahraga, maka tubuh akan semakin segar, bugar, tidak mudah lelah, dan tidak mudah sakit.

Perenungan membawa saya ke kehidupan rohani. Entah karena sekarang hari Minggu atau memang lagi pengen mikir rada berat. Bukankah tidak sedikit orang yang mengaku Kristen mengira hidupnya baik-baik saja hanya dengan beribadah seminggu sekali? Bukankah ada yang menganggap sudah cukup mendengarkan firman di hari Minggu saja? Jika anda adalah salah satunya, saya ingin mengajukan pertanyaan; cukupkah membaca firman seminggu sekali sedangkan anda disuguhi berita kriminal, gossip, kabar fitnah, dan menyaksikan ketamakan setiap hari? Cukupkah bagi anak muda beribadah seminggu sekali agar mempertahankan komitmen untuk tidak pacaran di tengah teman-teman sekolah yang doyan mem-bully para jones? Cukupkah bagi para pelajar hanya mendengar firman seminggu sekali sementara godaan untuk menyontek atau bertindak curang saat ujian bisa datang setiap waktu?

Untuk hal jasmani saja kita sadar bahwa olahraga seminggu sekali itu tidak cukup (bukan berarti tidak berguna sama sekali), terlebih untuk hal rohani, mestinya kesadaran kita lebih cepat tanggap. Pertumbuhan dan kebugaran manusia roh kita adalah tanggungjawab kita sendiri, bukan bapak/ibu gembala, pendeta, atau pemimpin rohani. Kitalah yang mempertanggungjawabkan setiap perkataan, tindakan, dan keputusan kita sendiri. Maka baca, gali, pelajari, dan lakukan firman Tuhan setiap hari. Itu akan menjaga roh kita tetap bugar. Mungkin anda akan merasa kaku pada awalnya. Lanjutkanlah, itu wajar karena otot rohani anda jarang digerakkan. Sama seperti kebugaran jasmani dibangun dengan disiplin, begitu pula kebugaran rohani.

Pesan sederhana dari tulisan yang njelimet ini adalah berolahraga dan 'berolahroh'lah secara teratur.

Salam gowes.

[Lagu] Bangun Tidur

Pagi ku terbangun
Mensyukuri hari baru
Bahwasanya kau juga
Mencerahkan pagiku

Tak pernah terbayangkan
Kini kau jadi kasihku

Huuuuuuuuuuuuuuuuu
Ku bersyukur pada-Nya telah bertemu dirimu
Huuuuuuuuuuuuuuuuu
Kita akan bersama jalani hidup berdua

Siang dan malam ku
Makin indah bersama mu
Kita tak sempurna
Namun saling melengkapi

Lagu ini digubah sebagai kado ulang tahun, sehari sebelum hari-H.
Jika ingin mendengarkan silakan klik di sini (widget menyusul)

Thursday, February 12, 2015

Tantangan Olahraga

Salam jumpa pembaca yang budiman. Bulan Februari ini kota Surabaya diguyur hujan hampir tiap sore/malam. Hal ini menyebabkan saya malas bike2work-an esok paginya. Alasannya sederhana, karena jika semalam turun hujan, maka esok pagi sebagian jalan akan basah dan becek. Sederhananya saya merasa sayang kalau tunggangan nanti jadi kotor. Jadi, selama beberapa hari sepeda saya terparkir seperti hiasan di dalam rumah.

Kondisi semacam ini menjadi tantangan tersendiri, karena jika kurang olahraga badan jadi kurang bertenaga. Kalau gowes kurang memungkinkan, jogging lebih lagi. Sekedar info, beberpa waktu yang lalu kaki kiri saya mengalami cedera pada pangkal paha. Hal ini menyebabkan saya mengurungkan hasrat untuk lari-lari ringan. Masalah berikutnya adalah setelah menginjak usia 27 tahun saya jadi cepat gemuk. Perut yang dulu rata kini mulai membuncit. Kalau semasa sekolah dan kuliah menaikkan berat badan susahnya minta ampun, sekarang justru sebaliknya. Itulah sebabnya olahraga teratur menjadi keharusan.

Pilihan akhirnya jatuh kepada olahraga beban dan senam kecil-kecilan. Tidak butuh alat aneh-aneh dan tempat tak harus di luar ruangan. Cuma butuh niat dan disiplin. Syukurnya, saya tidak butuh rekan untuk berolahraga. Saya bisa dan biasa olahraga sendiri. Mungkin beberapa di antara pembaca ada tipikal yang butuh teman untuk olahraga. Nah, jika anda termasuk orang yang butuh teman, mengajak keluarga atau tetangga bisa jadi pilihan menarik. Bergabung dengan komunitas pecinta olahraga atau mendaftar di klub olahraga juga boleh.

Tantangan memang selalu ada, tapi kita harus bisa mengatasinya. Bagi saya tantangan terberat adalah kedisiplinan. Sudah memulai sesuatu yang baik mestinya dilanjutkan bahkan ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Di sinilah keuntungannya jika punya rekan dalam berolahraga, bisa saling mengingatkan dan memotivasi.

Kabar baik akhirnya muncul, kemarin saya mulai bergowes ria lagi ke kantor. Walaupun ada tantangan lagi, yaitu barang yang dipikul di ransel sungguh membebani. Sebagai info, selain membawa pakaian, saya juga membawa bekal makan untuk 2 porsi. Hal ini menyebabkan punggung terbebani sehingga kayuhan juga menjadi berat. Saya sudah mencari tas frame yang bisa muat 2 kotak makanan tapi belum ketemu. Mungkin memang harus bikin sendiri. Pilihan berikutnya adalah memasang semacam boncengan khusus untuk meletakkan tas yang dipasang di seatpost.

Jika pembaca punya saran silakan berbagi. Saya dengan senang hati menerima saran. Jika pembaca mengajak bergowes  atau lari-lari kecil bersama (cedera sudah pulih), saya pun merasa terhormat.

Tuesday, January 27, 2015

Mengapa Saya Menulis?

"Siapa di balik apa akan sangat menentukan apa akan diterima sebagai apa atau bukan apa-apa." -retaksonology-

Kebenaran, sebaik apapun diucapkan oleh orang yang anda benci akan terdengar seperti nada sumbang. Namun, kalimat sederhana yang diucapkan oleh orang yang anda kasihi bisa terdengar sangat merdu di telinga.

Secara pribadi saya tidak membenci siapapun. Mengapa? Karena di dalam diri saya tinggal sumber kasih, bukan mata air kebencian. Namun, saya tahu tidak semua orang seperti saya. Ada orang dengan keadaan memelihara ketertolakan. Ada orang yang menanam tunas-tunas kepahitan dalam dirinya. Ada orang yang mengizinkan benih kebencian ditabur dalam hatinya. Orang-orang inilah, yang jika kebenciannya tertuju kepada anda, tidak akan menggubris apapun perkataan anda walaupun itu kebenaran.

Itulah sebabnya saya menulis. Karena saya sadar bahwa tidak semua orang akan menyukai saya. Beberapa orang bahkan mungkin enggan mendengar perkataan saya. Tetapi, dengan menulis, saya membuka pintu bagi siapapun yang membaca tulisan saya untuk membagikannya kepada siapapun. Jika dengan cara ini pemikiran-pemikiran saya dapat sampai kepada banyak orang, maka syukur kepada Tuhan atas hal itu, terlebih lagi jika tulisan itu bermanfaat dan bisa membantu sesama. Bukankah hidup kita menemukan makna yang dalam saat ia bermanfaat bagi sesama?.

Kedua, dengan menulis, pemikiran-pemikiran saya bisa diabadikan. Kita yang hidup di abad-21 mungkin tidak pernah mengenal Albert Einstein, Kahlil Gibran, C.S. Lewis, dll secara langsung, namun kita bisa mengenal pemikiran-pemikiran mereka yang dituangkan melalui tulisan.

Pembaca yang budiman, anda boleh dan saya sangat terhormat jika anda membagikan apa yang saya tuliskan di blog ini kepada rekan, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang anda temui. Barangkali di antara mereka ada orang yang enggan mendengar langsung dari saya, namun bersedia menerima perkataan anda. Lagipula, dengan semakin banyaknya orang yang membaca, semakin besar pula kesempatan tulisan itu lestari, dan terpenting semakin banyak orang terberkati.

Jika para pembaca terpantik dengan apa yang saya tulis di atas. Jika timbul hasrat yang sama dalam diri anda untuk berbagi pemikiran melalui tulisan. Maka dengan senang hati saya mendorong anda untuk membuat blog dan mulai menulis. Tulisan anda tidak harus fantastis. Sederhana namun mengena, biasa saja namun mudah dicerna. Selama itu bermanfaat, tulislah. Selamat datang di dunia tulis menulis.