Pages

Monday, July 1, 2013

Gersang vs Subur

Perubahan itu konstan. Selalu terjadi perubahan dalam kehidupan. Ada perubahan yang menguntungkan, ada pula merugikan. Ada yang menyenangkan, ada pula yang tidak menyenangkan. Bagaimana kita menilai sebuah perubahan tergantung seluas apa sudut pandang dan pengetahuan kita. Kali ini kita akan menilik salah satu perubahan yang sering terjadi, yaitu perpindahan. Perpindahan dari tempat sebelumnya kita berada menuju suatu tempat yang kemungkinan kondisinya gersang atau subur.

Mari kita bayangkan tempat gersang, dimana hanya makhluk yang punya ketahanan luar biasa yang bisa hidup dan tinggal di dalamnya. Air mungkin saja tersedia, tapi butuh upaya untuk mendapatkannya, yaitu dengan membuat sumur. Untuk membuat sumur perlu menggali, dan setelahnya pun air dari dalam tanah harus ditimba atau dipompa ke atas. Untuk mengolah tanahnya pun perlu upaya lebih lagi. Maka yang terbayang dari lingkungan gersang adalah lingkungan dimana daya dukung kehidupannya sangat buruk. Sebaliknya saat membayangkan tempat subur, mungkin yang tergambar adalah daerah di sekitar sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun, bahkan di musim panas. Tentu saja di sekitar aliran air itu tumbuh subur tanaman-tanaman mulai dari rerumputan, pohon-pohon rindang dengan buah yang menggoda selera, serta bunga-bunga yang bermekaran menampilkan semarak warnanya. Di situ kupu-kupu, kumbang, dan burung-burung kecil berkeliaran. Tempat yang subur adalah tempat yang nyaman dimana daya dukung lingkungannya sangat baik.

Kadang kita protes saat ditempatkan pada daerah yang gersang. Kita menginginkan berada di daerah subur, bahkan sekalipun daerah subur tersebut banyak peminatnya dan sudah banyak penghuninya. Padahal sebenarnya ada tantangan pada masing-masing kondisi. Saat kita berada di tempat gersang, pilihan kita adalah menggarap tempat itu supaya subur atau pergi meninggalkannya menuju tempat yang subur. Jika kita berada di tempat subur maka kita harus siap berkompetisi dengan peminat-peminat lainnya untuk mendapat tempat. Reaksi wajar dari sebagian besar manusia ketika berada di tempat gersang adalah berpikir bagaimana cara keluar dari tempat ini secepat mungkin menuju tempat yang lebih baik. Rasa tidak nyaman adalah yang pertama timbul dalam kegersangan. Jika kita berlama-lama dalam kondisi gersang maka kehidupan kita akan lebih cepat berakhir. Karena itu diperlukan upaya supaya hidup kita tidak mengering dan berakhir karena kegersangan.

Beberapa orang, mungkin sebagian besar akan berpikir untuk lari secepatnya. Namun saya tertarik dengan ide sebagian yang mungkin jumlahnya lebih kecil, untuk mengusahakan daerah gersang itu supaya menjadi lebih subur. Orang-orang dengan ide ini saya sebut sebagai pengusaha. Pengusaha melihat situasi sulit sebagai peluang atau kesempatan untuk meningkatkan mutu, sedangkan golongan lainnya melihat situasi sulit sebagai tembok yang sukar bahkan mustahil diruntuhkan. Dan mengenai ini saya ingin berbagi sebuah pandangan kepada para pembaca yang budiman. Manusia di desain untuk menjadi pengusaha. Harap tidak mencampur-adukkan dengan terminologi pengusaha-pegawai. Sejak awal manusia mengemban mandat untuk mengusahakan bumi. Dengan kata lain "bikin hidup lebih hidup". Apapun profesinya, dimanapun tempatnya, bagaimanapun situasinya, manusia di desain untuk meningkatkan mutu apapun yang ditemuinya untuk dikerjakan.

Ide tentang bikin hidup lebih hidup pada esensinya tidaklah berbicara sesempit hidup dirinya sendiri. Justru cara membuat diri lebih baik adalah dengan melakukan sesuatu yang bukan untuk diri sendiri. Sama seperti lingkungan yang gersang, saat kita mengusahakan kesuburannya, maka pada gilirannya, secara otomatis, daya dukung lingkungan untuk kehidupan kita pun meningkatkan. Atau dengan kata lain, pada akhirnya kualitas kehidupan kita akan lebih baik, saat kita mengusahakan agar lingkungan kita jadi lebih baik. Ide ini sederhana, tapi tidak banyak orang yang menyadarinya, apalagi menghidupinya. Semua situasi dan kondisi yang membuat kita harus mengambil keputusan, bertujuan untuk mengingatkan kita akan ide dasar kepengusahaan dunia ini. Tidak ada keputusan tanpa resiko dan konsekuensi. Namun apapun resiko dan konsekuensinya, bertanggungjawablah sesuai keputusan yang kita ambil. Tulisan ini mungkin sederhana dan saya berharap memang begitu adanya, supaya tindakan yang menyertainya pun sederhana.

Jadi, apakah kita mau lari saat ditempatkan pada lingkungan yang gersang? Ataukah kita mau mewujudkan ide untuk mengubah lingkungan yang gersang itu menjadi subur?

0 comments: