Orang bilang cinta dan benci beda-beda tipis.
Jika cinta tidak perlu alasan, maka benci pun seharusnya tidak perlu alasan. Kita mencintai karena keberadaan (eksistensi), bukan karena properti dari keberadaan itu. Hal yang sama berlaku untuk benci. Maka sebaiknya kita maklum jika bertemu orang yang membenci kita tanpa alasan. Itu karena dia membenci keberadaan (eksistensi) kita. Cantik, tampan, baik, kaya, jujur, pengertian, penyabar, dll itu properti. Saat properti tersebut diambil dan kita masih mencintainya, maka sesungguhnya kita sungguh-sungguh cinta. Jika cinta/benci kita masih karena properti berarti kita belum benar-benar mencinta/membenci.
Kalau kita mempertanyakan adakan jenis cinta seperti ini? Jawabannya adalah ada. Namun pembahasan ini akan lebih mudah dipahami oleh para penyembah Tuhan. Tuhan mencintai kita karena kita ciptaan-Nya, bukan karena kita taat kepada-Nya. Tuhan mencintai kita karena kita manusia. Bahkan sekalipun kita tidak menyadari cinta-Nya, Dia tetap mencintai kita. Tidak ada perbuatan kita yang membuat cinta-Nya pada kita bertambah atau berkurang, karena cinta-Nya sempurna dan tak bersyarat.
Luar biasanya, Dia pun memerintahkan kita untuk mencintai manusia lain karena mereka sesama kita, bukan karena kebaikan, keelokan, dan kualitas unggul lainnya. Itu artinya kita pasti sanggup melakukannya, karena kita tahu Tuhan tidak pernah memberikan perintah yang mustahil untuk dilakukan.
Sesungguhnya benci dan cinta adalah soal saklar (switch). Para pembenci sebenarnya adalah mereka yang mencintai dengan jalur yang berlawanan dengan para pecinta. Jika saklar berganti posisi, tidak mengherankan jika mereka akan menjadi pecinta.
@ perjalanan pulang kerja, 9 Januari 2013
Jika cinta tidak perlu alasan, maka benci pun seharusnya tidak perlu alasan. Kita mencintai karena keberadaan (eksistensi), bukan karena properti dari keberadaan itu. Hal yang sama berlaku untuk benci. Maka sebaiknya kita maklum jika bertemu orang yang membenci kita tanpa alasan. Itu karena dia membenci keberadaan (eksistensi) kita. Cantik, tampan, baik, kaya, jujur, pengertian, penyabar, dll itu properti. Saat properti tersebut diambil dan kita masih mencintainya, maka sesungguhnya kita sungguh-sungguh cinta. Jika cinta/benci kita masih karena properti berarti kita belum benar-benar mencinta/membenci.
Kalau kita mempertanyakan adakan jenis cinta seperti ini? Jawabannya adalah ada. Namun pembahasan ini akan lebih mudah dipahami oleh para penyembah Tuhan. Tuhan mencintai kita karena kita ciptaan-Nya, bukan karena kita taat kepada-Nya. Tuhan mencintai kita karena kita manusia. Bahkan sekalipun kita tidak menyadari cinta-Nya, Dia tetap mencintai kita. Tidak ada perbuatan kita yang membuat cinta-Nya pada kita bertambah atau berkurang, karena cinta-Nya sempurna dan tak bersyarat.
Luar biasanya, Dia pun memerintahkan kita untuk mencintai manusia lain karena mereka sesama kita, bukan karena kebaikan, keelokan, dan kualitas unggul lainnya. Itu artinya kita pasti sanggup melakukannya, karena kita tahu Tuhan tidak pernah memberikan perintah yang mustahil untuk dilakukan.
Sesungguhnya benci dan cinta adalah soal saklar (switch). Para pembenci sebenarnya adalah mereka yang mencintai dengan jalur yang berlawanan dengan para pecinta. Jika saklar berganti posisi, tidak mengherankan jika mereka akan menjadi pecinta.
@ perjalanan pulang kerja, 9 Januari 2013
0 comments:
Post a Comment