Catatan ini lahir dari kejadian tak disengaja ketika saya sedang googling tentang seorang gembala sidang di Amerika yang sangat banyak pendukungnya, namun banyak juga pengkritiknya. Kemudian muncullah pemikiran tentang fenomena gereja masa sekarang. Sebagian gereja memberikan porsi motivasi yang begitu besar, sehingga dituduh sebagai gereja sekuler atau penganut ajaran kemakmuran. Sebagian lain sangat fokus kepada persiapan kehidupan di sorga dalam pengertian sempit, sehingga kurang memberi dampak bagi masyarakat dan tampak seperti kumpulan alien.
Dalam doa yang Yesus ajarkan, "....datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga... " terkandung pesan bahwa gereja adalah perwakilan Tuhan di dunia. Gereja mengusung misi membawa dan memberitakan kerajaan Allah. Kerajaan Allah tidak hanya terdiri dari perkataan (doktrin) tapi juga oleh kuasa, untuk membuat perkataan itu membumi, menjadi tindakan nyata yang memperbarui masyarakat. Kerajaan Allah adalah tentang kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Tentang kebenaran, berarti tidak kompromi mengenai apa yang benar dan salah. Tentang damai sejahtera, berarti keberadaan gereja membawa perdamaian di tengah dunia. Keberadaan gereja bukan untuk memusuhi anggota tubuh yang lain dan kelompok masyarakat lainnya. Tentang sukacita, berarti sukacita adalah atmosfer yang ada di dalam gereja, yang terus dibawa kemanapun gereja bergerak. Dunia ini sedang krisis ketiga hal ini, dan gereja dipanggil untuk menyatakannya di bumi.
Gereja perlu kembali kepada Alkitab. Bukan dengan meng-copy-paste semua yang tertulis di dalamnya tanpa memahami konteks budaya. Gereja perlu memotivasi anggotanya agar menjadi pribadi unggul secara kualitas. Yesus pernah menyindir murid-murid-Nya dalam sebuah perumpamaan dengan mengatakan bahwa, "...anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.". Gereja harus melahirkan orang-orang seperti Yusuf, Daniel, Hananya, Misael, Azarya, dan Nehemia. Gereja juga harus mengalami pendewasaan iman dan pengenalan akan Tuhan seperti yang dialami para tokoh Perjanjian Lama tadi. Manusia hidup mengemban misi spesifik seperti yang disebut rasul Paulus sebagai "pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya". Misi spesifik ini yang saya sebut panggilan hidup. Kita tidak dilahirkan ke dunia hanya untuk berpulang ke sorga.
Gereja perlu membangun kesadaran dalam masing-masing pibadi tentang perlunya mengenali panggilan hidup. Bukan hanya mengenali, tapi bersama-sama saling mendukung untuk mencapai panggilan itu. Inilah yang saya sebut sebagai menjadi jawaban bagi dunia. Saat setiap pribadi mengenali panggilannya dan hidup di dalamnya, saat itulah sentuhan gereja menerobos tembok rohani-sekuler. Keberadaan gereja menjawab kebutuhan dunia dengan menggarami dan meneranginya pada semua bidang, tanpa berkompromi dalam hal prinsip.
Semoga catatan pendek ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
0 comments:
Post a Comment