Pages

Wednesday, February 13, 2013

Valentine's Day




Bulan Februari disebut sebagian orang sebagai bulan penuh cinta. Tema yang ditampilkan di tempat-tempat umum seperti mall, taman kota, dan tempat hiburan biasanya adalah kasih sayang, dengan segala aksesoris khas Valentine dan warna pink. Tak ketinggalan media, baik yang mainstream (TV, radio, majalah) maupun social (twitter, facebook, dll), semua menghadirkan nuansa kasih sayang. Industri coklat kegirangan ketika memasuki bulan Februari karena mereka tentu banjir pesanan. Hal yang sama juga terjadi pada industri boneka, pernak pernik, dan kartu ucapan. Tempat-tempat nongkrong seperti cafe atau restoran biasanya menyediakan pelayanan khusus di tanggal 14 Februari. Semua keceriaan, ketulusan, kegembiraan itu terlihat begitu indah, termasuk bagi mereka yang jomblo seperti saya (walaupun ada beberapa yang jadi mupeng dan jengkel karena tidak punya pasangan saat Valentine). Namun saya tertarik untuk melihat dan menelusuri fenomena hari Valentine yang sekarang ada di depan mata kita.

Sejarah tentang hari Valentine dari sumber Katholik merujuk kepada setidaknya dua orang martir yang bernama Valentinus. Mereka diperkirakan hidup di sekitar abad ketiga masehi. Seorang adalah pastor di Roma, dan seorang lain adalah uskup Interamna. Kedua orang ini dengan kemartirannya masing-masing menunjukkan kasih yang besar kepada Tuhan dengan setia sampai mati. Kemartiran inilah yang mendasari tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari Santo Valentinus. Dalam perkembangannya, pada abad pertengahan, hari tentang kisah kasih martir ini entah bagaimana cerita pastinya kemudian lebih mendunia sebagai kasih romantis. Ada banyak mitos dan legenda yang mewarnai kisah beralihnya esensi perayaan hari Valentine dari kasih kepada Tuhan menjadi kasih kepada pasangan. Namun, karena semuanya adalah konon, maka saya tidak akan membahasnya disini. Hal pertama yang terkuak dari kisah Valentine adalah bahwa sesungguhnya perayaan hari Valentine di gereja itu memperingati kemartiran, bukan asmara.

Eros, atau asmara, atau kasih romantis, atau jatuh cinta, adalah hal yang sangat alami yang bisa dialami semua manusia. Harap diperhatikan bahwa eros bukan nafsu seksual, walaupun nafsu seksual juga adalah hal yang alami. Dua sejoli yang sedang dilanda eros akan mabuk kepayang. Tidak terbersit di pikiran mereka tentang seksualitas. Mereka terlalu sibuk mengagumi satu dengan yang lainnya. Lagu yang berbicara “hanya dengan menatapmu saja aku bahagia” memang sungguh-sungguh nyata. Orang yang sedang kasmaran akan betah berlama-lama saling pandang, bahkan sekalipun tak sepatah kata pun terucap. Luar biasanya, kasih jenis ini punya efek seperti obat bius yang membuat orang bisa bertahan menghadapi rasa sakit. Orang yang sedang jatuh cinta rela menderita demi cinta. Penderitaan itu bahkan membuat mereka merasa seolah menjadi martir. Maka tidak mengherankan jika kita melihat dan mendengar kisah asmara yang mendapat perlawanan, namun sepasang sejoli itu tetap akan tetap memperjuangkan cinta mereka. Semakin mendapat tantangan, perasaan seperti martir itu semakin kuat. Ia (eros) sangat dipuja sejak abad pertengahan, dan mungkin sampai sekarang. Lihat saja bagaimana rekaman lagu-lagu cinta romantis muncul setiap pekan, coba bandingkan dengan lagu cinta lainnya, seperti: persahabatan, kasih keluarga, dan cinta tanah air. Lihat pula cerita yang bertemakan cinta romantis menjadi film dan sinetron yang banyak diproduksi. Namun eros yang sangat dipuja bisa sangat membahayakan, karena ia bisa terdengar seperti suara dari kekekalan, suara dari sorga.

Cinta (eros) tidak akan jadi setan, selama ia tidak jadi tuhan. Saat manusia begitu mengagungkan eros, saat itulah dia sedang berurusan dengan sesuatu yang sangat berbahaya. Karena ketika eros sudah jadi tuhan, maka dengan segera ia akan berubah menjadi setan yang akan menghancurkan kita. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ketika eros sudah menjadi tuhan, maka ia ada diatas kasih-kasih yang lain. Ia akan mengabaikan suara sahabat bahkan keluarga kita. Ia akan berdalih bahwa sahabat dan keluarga kita tidak merasakan apa yang ia rasakan. Memang kasih itu sabar menanggung segala sesuatu, menutupi segala sesuatu, memperdamaikan perbedaan, namun ada satu perbedaan yang tidak bisa diperdamaikan atau dikompromikan. Ketika eros berupaya mengkompromikan hal yang tidak terdamaikan, ia bisa menghalalkan segala cara. Anak muda, dalam urusan eros, jangan pernah berusaha mengkompromikan satu perbedaan yang tidak bisa diperdamaikan. Semua perbedaan bisa diperdamaikan kecuali satu hal ini, dan menurut saya, pembaca yang budiman mengerti perbedaan yang saya maksudkan.

Baiklah, kita telah membahas sejarah hari Valentine dan sedikit tentang cinta romantis. Cinta romantis ini sungguh manis, namun juga berbahaya jika kita tak mampu mengendalikannya. Cinta romantis perlu penyeimbang, bahkan menurut saya perlu pendahuluan. Pendahuluan yang saya maksudkan adalah jenis-jenis kasih yang lain. Karena untuk mengendalikan eros, kita butuh kasih-kasih yang lain, maka sebelum mengenal eros semestinya kita mengenal kasih-kasih yang lain itu. Ada persaudaraan, pertemanan, persahabatan, cinta tanah air, dan lain sebagainya. Hal-hal ini jika kita hidupi dengan baik sungguh membuat kita memiliki pendahuluan yang baik sebelum mengenal eros. Pembahasan tentang jenis kasih yang lain akan dilakukan di tulisan-tulisan mendatang (tanggungan tulisan bersambung saya makin bertambah). Eros, paling ramah jika dinikmati dalam pernikahan, maka itu jalinlah eros jika memang kita telah siap memasuki suatu hubungan yang menuju pernikahan.

Akhirnya, terutama dari semua jenis kasih, adalah kasih kepada Tuhan, Sang Pencipta. Dialah sumber yang akan memuaskan dahaga kita akan kasih sayang sejati. Tidak sedikit orang lari kepada eros karena tidak mendapat kasih keluarga, teman-teman, ataupun lingkungan sekitar. Kasih yang diberikan Tuhan bukan hanya akan memuaskan dahaga kita, tapi juga akan mengalir keluar melalui hidup kita kepada orang-orang di sekitar kita. Bahkan kepada orang-orang yang tadinya kita harapkan akan mengasihi kita lebih dahulu, kasih yang mengalir dari dalam diri kita memampukan kita untuk mengasihi mereka terlebih dahulu. Kasih kepada Tuhan mempu membuat siapapun menjadi martir bagi-Nya, seperti Santo Valentinus. Dan selama Tuhan tetap menjadi Tuhan dalam hidup kita, eros tidak akan jadi setan. Semoga pesan hari Valentine yang sesungguhnya dapat menyentuh sanubari kita dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Selamat hari kasih sayang.