Pages

Monday, February 19, 2018

Romant (is) me

Kasih, seorang pria bertualang bukan berarti tak kan kembali. Aku pasti pulang padamu.

Aku bertualang menggapai keindahan mimpi, bukan untuk mencari kekasih selain dirimu. Saat pulang, kan kuceritakan padamu keindahan itu.

Kekasih, cinta ini membuatku membiarkanmu terbang bebas mengejar mimpimu. Kau indah saat mengepakkan sayap, bukan dalam sangkarku.

Kasih, kau selalu indah bagiku. Bahkan saat lumpur menyelimutimu, kau tetap membuatku terpesona.

Kasih, kau sempurna bagiku. Itu tak berarti kau tak punya kekurangan, tapi tentang bagaimana aku memandangmu.

Walaupun ada yang menganggapmu cacat, bagiku kau tetap sempurna. Aku tak buta, tapi caraku melihatmu beda dengan mereka.

Kasih, selama pengembaraan tak kutemukan keindahan yang sanggup disejajarkan denganmu. Kau terindah bagiku.

Kasih, aku tahu kau adalah bunga yang sangat cantik. Tentu banyak yang menginginimu. Maaf aku tak mau bersaing dengan mereka.

Perjuanganku menggapaimu adalah untuk menaklukan keraguanmu atas diriku seorang. Bukan aku diantara mereka.

=================================

Salam jumpa pembaca yang budiman. Sekian lama blog ini sunyi senyap. Kini anda bisa menikmati coretan-coretan saya lagi. Tulisan di atas dan beberapa tulisan berikutnya mungkin mengandung curhatan pribadi. Seperti tulisan di atas, sebenarnya dibuat sekitar akhir tahun 2014, ketika saya mengakhiri status friend zone dengan perempuan yang sekarang menjadi istri.

Tuesday, November 22, 2016

Renungan Sepeda

Hidup ini seperti sepeda. Anda harus terus mengayuh untuk menjaganya tetap seimbang.
Albert Einstein.

Mungkin apa yang dikatakan Einstein ada benarnya. Tapi mungkin dia belum tahu trik track stand. Hidup tak bisa asal mengayuh. Untuk menciptakan keseimbangan diperlukan ketenangan dan penguasaan diri. Mengayuh dengan serampangan bisa berakibat bahaya. Namun, hanya dengan ketenangan dan penguasaan diri kita bisa membuat sepeda tetap seimbang tanpa bergerak jauh.

Tuesday, August 30, 2016

Kehilangan e-KTP

Salam jumpa pembaca yang budiman. Saya akan berbagi pengalaman bagaimana mengurus e-KTP yang hilang. Pengalaman ini bisa jadi rujukan bagi anda yang mengalami hal serupa. Mengapa saya katakan serupa? Karena bisa jadi prosedur di tiap daerah berbeda.

Baiklah, langsung saja. Saya tinggal di kota Surabaya, lebih spesifik lagi di kecamatan Sawahan. Kejadian kehilangan e-KTP saya alami waktu mengurus perpanjangan STNK lima tahunan di samsat. Cukup menyesakkan, karena dapat STNK baru tapi kehilangan KTP.

Kisah kehilangan tidak perlu didramatisir lagi. Kita lanjut ke apa yang kemudian harus dilakukan pasca kehilangan e-KTP. Jika prosesnya lancar, akan selesai dalam waktu 1-2 hari.

1. Lapor Polisi
Laporkan kehilangan KTP ke polsek setempat dengan membawa Kartu Keluarga (KK). Setelah melapor, kita akan mendapat surat keterangan kehilangan e-KTP. Ada baiknya surat ini dan KK difotokopi beberapa lembar untuk backup.

2. Ke Kantor Kecamatan
Setelah mendapatkan surat keterangan kehilangan, anda bisa pergi ke kecamatan untuk meminta surat penerbitan e-KTP dengan bekal fotokopi KK dan surat keterangan dari kepolisian. Sampai di sini mestinya saya dapat surat penerbitan e-KTP untuk dibawa ke Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil).

3. Cetak e-KTP di Dispendukcapil
Berbekal surat dari kecamatan, Dispendukcapil akan menerbitkan e-KTP baru sesuai dengan data pada KK terbaru. Namun berdasarkan pengalaman saya, pengurusan berhenti di kecamatan. Saya tidak tahu apakah ini langkah kecamatan untuk "jemput bola" dalam melayani masyarakat atau bagaimana. Namun, saya diberi tanda terima untuk mengambil e-KTP pada tanggal yang dijanjikan (sekitar 2 minggu). Saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah ya sudahlah, kalau mengurus sendiri ke Dispendukcapil kan harus antre, bisa jadi seharian. Kalau diuruskan kecamatan nunggu dua minggu.

Selang dua minggu saya datang ke kecamatan untuk mengambil e-KTP dengan hati riang (lebay). Ternyata setelah di kecamatan, ibu penjaga loket bilang kalau e-KTP saya belum jadi. "Maaf ya mas, e-KTP nya belum jadi. Sampeyan ninggal no HP saja, nanti kalau jadi saya SMS", begitu beliau berkata. Saya pun pulang dengan tangan hampa. Sekitar seminggu lebih beberapa hari setelahnya, datanglah SMS yang mengabarkan kalau e-KTP saya sudah jadi. Wah, ini dia yang ditunggu. Berakhirlah penentian beberapa minggu untuk mendapatkan e-KTP baru.

Saya mengapresiasi pelayanan kecamatan Sawahan yang mau jemput bola, sehingga warga tidak perlu jauh-jauh pergi dan mengantre ke Dispendukcapil. Walaupun ada keterlambatan dari jadwal yang dijanjikan, namun permintaan maaf dan kesediaan untuk memberikan kabar lewat SMS juga saya apresiasi.

Semoga kedepannya pelayanan publik menjadi lebih baik lagi. Dan semoga apa yang saya bagikan kepada para pembaca bermanfaat.

Wednesday, April 13, 2016

Sesuatu Kesayangan

Pagi ini, seperti biasa setelah bangun tidur, saya bergegas turun dari kamar di loteng ke bawah.

Sambil menenteng ponsel, charger, dan botol minuman saya menuruni tangga. Menjelang anak tangga terakhir, tiba-tiba ponsel saya jatuh. Baterenya terlepas sehingga saya harus menyusunnya kembali.

Saat dinyalakan, "jret" ponsel sukses booting. Semua tombol dan soft button berfungsi dengan normal. Tidak ada retak pada layar atau body. Dalam hati merasa lega karena ponsel ini masih cukup tangguh mengingat usianya yang sudah "sepuh".

Namun, beberapa jam kemudian saya menyadari ada yang aneh di sudut bawah layar. Apa??! Muncul beberapa kerusakan pada pixel si mungil. Walaupun cuma sebagian kecil dan tidak mengganggu fungsi secara keseluruhan, namun cacat yang muncul ini cukup mengurangi estetika si mungil.

Setelah makan siang, saya sempat berkomunikasi dengan pasangan. Di situ saya bertutur, "HP ku tadi pagi jatuh pas turun dari tangga. Ada pixel yang rusak". Pasangan saya bertanya, "HP yang mana?". Saya menjawab, "Xperia. Hhffff.... Padahal itu HP kesayangan". Tiba-tiba pasangan nyeletuk, "Makanya, jangan punya barang kesayangan. Kalau Tuhan ambil gimana?".

Kami tertawa, menyadari peristiwa sederhana itu mengingatkan kami bahwa sesuatu yang terlalu berharga dan disayangi itu berpotensi untuk "hilang", terambil dari kita.

Saat sesuatu yang berharga itu hilang maka kekosongan melanda, lalu dengan segera kekosongan itu terisi oleh kesedihan. Sesuatu di sini tidak selalu berupa benda mati. Dia bisa juga berupa hewan, kesenangan, atau orang.

Siap menerima mengandung konsekuensi siap kehilangan. Saya teringat kisah Abraham yang diminta mengorbankan, menyerahkan, satu-satunya anak perjanjian yang dinantikan bertahun-tahun. Anak yang lahir dengan cara ajaib, mengingat sang ibu telah menopouse sebelum ia dikandung. Bahkan Tuhan menentukan cara bagaimana Abraham harus menyerahkan anaknya itu. Dia sendiri lah yang harus menjadi eksekutornya.

Selanjutnya kita tahu, karena kepercayaannya kepada Tuhan, karena kasihnya kepada Tuhan melampaui kasih kepada anaknya, maka dia memilih untuk taat. Ketaatan itu bukan hal murahan. Kadang kita harus menyerahkan apa yang paling berharga yang kita miliki, supaya kita sadar bahwa hanya Tuhanlah satu-satunya milik kita.

Sunday, March 13, 2016

BBM vs WhatsApp

Minggu waktunya review.

Setelah melakukan semedi, akhirnya saya memutuskan untuk install aplikasi BBM di hp android. Secara pribadi, saya tidak membutuhkan aplikasi ini. Komunikasi pekerjaan, keluarga, komunitas, dan teman-teman bisa dilakukan lewat WhatsApp. Berikut sekilas perbandingan kedua aplikasi tersebut. Perbandingan ini murni pendapat saya yang tentu saja bisa berbeda dari pendapat pembaca yang budiman. Tidak semua aspek dibahas, hanya yang mendasar menurut saya saja yang ditulis.

BBM
Kelebihan:
- Mendukung banyak format file untuk ditransfer.
- Mendukung pengiriman gambar/foto dengan kualitas tinggi.
- Punya timeline (walaupun menurut saya fitur ini tidak terlalu penting, hehehe).

Kekurangan:
- Menggunakan PIN yang menurut saya bikin ribet kalau mau add friend.
- Mengkonsumsi RAM lebih besar, ukuran apk juga lebih besar.
- Setting privasi kurang beragam dan detail. Kita tidak bisa "pura-pura" belum baca pesan. Hal ini bisa dikatakan kelebihan bagi sebagian orang.
- Membutuhkan koneksi internet yang stabil. Untuk bagian ini bisa diabaikan jika kita tinggal dan beraktivitas di kota yang internetnya joss.

WhatsApp
Kelebihan:
- Tampilan sederhana. Sangat cocok bagi mereka yang tidak suka kerumitan.
- Tidak perlu ritual add friend. Cukup simpan no hp di kontak, beres.
- Setting privasi cukup baik. Bisa pura-pura tidak aktif.
- Tidak perlu koneksi internet yang kencang dan stabil.

Kekurangan:
- Untuk fitur dan tampilan yang sederhana, ukuran apk menurut saya terlalu besar. Bagi orang seperti saya yang internal storage hp nya kecil (400 MB) sungguh menyiksa.
- Hanya mendukung format file pdf untuk transfer dokumen (update terakhir 13 Maret 2016).
- Pengiriman gambar/foto mengalami degradasi kualitas yang cukup signifikan.

Nah, mungkin pembaca bertanya mengapa saya me-review dua aplikasi ini. Bagi saya yang sedang menyongsong umur 30 dan ber-KTP Indonesia, aplikasi yang cocok adalah BBM dan WhatsApp. Tentu saja review ini sangat subyektif. Anda boleh tidak setuju. Saya hanya ingin berbagi kesan dan pengalaman. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Tuesday, March 8, 2016

Fajar dan Senja

Fajar dan senja tak sanggup bersatu. Mereka berbeda dengan siang dan malam, yang selain tak sanggup bertemu, juga keduanya sangat berbeda. Fajar dan senja punya banyak kemiripan. Bagai sepasang kembar yang sulit dibedakan.

Namun betapapun banyak kemiripan diantara mereka, fajar dan senja tak sanggup bersatu. Mereka senantiasa terpisahkan oleh siang. Mentari yang memandikan bumi dengan cahaya yang menyengat. Mentari yang mempertemukan karbon dioksida dan air di dedaunan sehingga lahirlah oksigen yang membawa kesegaran di udara di tengah panasnya siang. Namun siang pula yang memisahkan fajar dan senja.

Walaupun fajar dan senja tak bisa bersatu, mereka tetap selalu ditunggu. Fajar menandakan hari baru telah dimulai. Ia membawa harapan baru di setiap kemunculannya. Sedangkan senja, ia mengingatkan bahwa kegelapan akan segera menyapu langit. Fajar dan senja, datang dan berlalu dengan bersegera. Kisah mereka lebih dari sekedar nama.

Tuesday, February 16, 2016

My Smartphone My Valentine


Ada yang bilang kalau Februari adalah bulan penuh cinta. Walaupun bagi saya tiap bulan adalah bulan penuh cinta, kali ini saya akan menulis sesuatu tentang cinta. Mungkin apa yang akan saya tulis ini lebay. Biarlah, saya sudah siap dengan risiko dibilang lebay.

Bicara soal cinta tidak akan lepas dari satu kata, kesetiaan. Salah satu tanda adanya cinta adalah hadirnya kesetiaan. Dan sekarang saya akan bertutur tentang kisah cinta saya dan "sesuatu". Dibilang sesuatu karena ia tidak cocok dibilang seseorang atau sesosok. Ini adalah kisah antara saya dan ponsel.

Ya, ponsel yang saya gunakan telah setia menemani saya selama empat tahun. Begitupun saya setia merawat dan tidak mencampakkannya. Meskipun banyak godaan dan omongan di sekitar yang berkata, "Sudah, ganti saja handphonenya", namun saya tidak bergeming. Perlu pembaca ketahui bahwa tulisan ini juga dibuat di ponsel itu.

Ponsel ini sangat imut. Memang begitulah selera saya. Namun kemampuannya luar biasa dibalik spesifikasi yang tampak biasa saja. Kameranya termasuk bagus, walaupun tidak bisa dibilang terbaik. Prosesor yang cuma single core dan RAM 512MB dengan OS Ice Cream Sandwich mengingatkan saya pada PC di rumah yang masih Pentium 4 ber-OS Windows XP. Walaupun begitu aplikasi yang terpasang dapat berjalan dengan lancar. Hanya saja internal memory yang cuma 400MB membuatnya tak bisa memuat banyak aplikasi.

Ponsel ini sangat stabil dan nyaris tidak pernah rewel. Walaupun begitu dia sudah mengalami pergantian batere karena yang lama sudah hamil. Ia pun sangat tangguh. Bekerja di suhu ruangan yang sangat dingin seperti kulkas, keluar ruangan menyongsong panasnya kota Surabaya, beberapa kali kehujanan, bahkan beberapa kali terjatuh, tetap membuatnya bekerja.

Kini, setelah anniversary ke-4 saya masih berencana menggunakannya. Banyak petualangan menanti di depan. Ketangguhan ponsel ini masih bisa diandalkan dan akan terus diuji. Oh ya, sudah bicara panjang lebar tapi belum tau merk ponselnya ya. Ponsel saya adalah Sony Ericsson Xperia Mini Pro. Semoga tulisan ini bermanfaat, walaupun bukan sebagai review ponsel, setidaknya sebagai sebuah renungan tentang kesetiaan.

NB: Ini bukan iklan, dan saya tidak dibayar oleh Sony untuk menulis ini. Saya juga tidak promosi diri sebagai pria setia walaupun memang itu kenyataan. Hehehe.