Berbicara tentang kasih hari-hari ini, pasti sebagai manusia yang normal kita menyadari, bahwa cinta(kasih) yang dipertontonkan di bumi ini sudah banyak tercemar. Bukan hanya tidak tulus dan murni, tapi kecenderungan manusia sudah mengarah kepada "meninggalkan kasih". Mengapa hal itu terjadi?jawaban paling sederhana adalah karena dia kecewa dengan kasih, karena kasih yang diharapkannya tak dialaminya. Jangankan mengasihi orang lain, dirinya sendiri pun kadang tak dikasihinya.
Manusia tak akan pernah bisa mengasihi dengan tulus jika dia tak pernah mengalami kasih yang tulus. Manusia tak akan sanggup mengasihi dirinya dengan benar jika dia tidak tahu seberapa berharga dirinya untuk dikasihi. Saat manusia mampu mengasihi dirinya dengan benar, maka akan mudah baginya untuk mengasihi orang lain. Dan kasih yang tulus dan murni tak pernah memiliki tendensi selain kasih itu sendiri.
Dari kesadaran bahwa manusia tak akan sanggup mengasihi tanpa ada Sumber yang mengasihinya, maka jelaslah bahwa manusia perlu Sumber itu. Sumber yang kekal, terutama, dan tidak memerlukan sumber lain. Karena Dia adalah Sumber segala sesuatu. Dialah Bapa, Dialah Sumber. Dialah Pencipta manusia.
Saat manusia mengalami kasih tulus dan murni dari Sumber, kasih itu tak akan berdiam diri dalam dirinya. Kasih itu akan terpancar dengan ketulusan, karena dia belajar mengasihi dari Sumber yang tulus. Manusia akan sanggup mengasihi sesamanya seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Mengapa seperti dirinya sendiri?karena sesamanya juga adalah manusia seperti dirinya. Dan kasih seperti inilah yang hari ini sangat dirindukan umat manusia. Banyak anak-anak merindukan Bapa, banyak orang merindukan saudara yang sejati. Dan kasih dari Sumber itulah jawabannya.
Markus 12:29-31 TB LAI
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
Manusia tak akan pernah bisa mengasihi dengan tulus jika dia tak pernah mengalami kasih yang tulus. Manusia tak akan sanggup mengasihi dirinya dengan benar jika dia tidak tahu seberapa berharga dirinya untuk dikasihi. Saat manusia mampu mengasihi dirinya dengan benar, maka akan mudah baginya untuk mengasihi orang lain. Dan kasih yang tulus dan murni tak pernah memiliki tendensi selain kasih itu sendiri.
Dari kesadaran bahwa manusia tak akan sanggup mengasihi tanpa ada Sumber yang mengasihinya, maka jelaslah bahwa manusia perlu Sumber itu. Sumber yang kekal, terutama, dan tidak memerlukan sumber lain. Karena Dia adalah Sumber segala sesuatu. Dialah Bapa, Dialah Sumber. Dialah Pencipta manusia.
Saat manusia mengalami kasih tulus dan murni dari Sumber, kasih itu tak akan berdiam diri dalam dirinya. Kasih itu akan terpancar dengan ketulusan, karena dia belajar mengasihi dari Sumber yang tulus. Manusia akan sanggup mengasihi sesamanya seperti dia mengasihi dirinya sendiri. Mengapa seperti dirinya sendiri?karena sesamanya juga adalah manusia seperti dirinya. Dan kasih seperti inilah yang hari ini sangat dirindukan umat manusia. Banyak anak-anak merindukan Bapa, banyak orang merindukan saudara yang sejati. Dan kasih dari Sumber itulah jawabannya.
Markus 12:29-31 TB LAI
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."
2 comments:
kalo semua manusia tau & bisa menerapkan prinsip dasar ini, gak perlu lagi ada perpecahan. hehehe...
menurut mas, mengasihi orang lain spt diri sendiri tu spt apa?
sedangkan byk bgt org2 yg "gak mau dikasihi"
(uda tau salah, dikasi tau, eh, kepaitan)
(dikasi tau jalan yg bener, eh nggondok)
malah kitanya yg kesel. gela.
Seperti diri sendiri ya seperti diri sendiri. Dalam konteks menegur orang lain ada pendekatan lain. Karena bagaimana mungkin kamu menegur dirimu sendiri tapi dirimu sendiri gak mau ditergur oleh dirimu? :)
Dalam hal menyatakan kasih lewat teguran dan hajaran, kita belajar dari Sumber. Bagaimana Sumber menegur dan menghajar yang dikasihi-Nya? bagaimana jika mereka menolak?
Post a Comment