Pembaca yang budiman, saya akan membahas cinta dengan cara yang mungkin sedikit berbeda dengan cara kebanyakan. Sebagian besar bacaan tentang cinta akan membawa pembacanya untuk menikmati rasa cinta, namun saya akan mengajak anda untuk berpikir tentang cinta. Sekali lagi ini adalah lanjutan dari seri The Four Loves yang diadaptasi dari tulisan C.S. Lewis.
Eros yang dimaksud di sini adalah keadaan yang kita
sebut “jatuh cinta”, atau dengan kata lain “asmara”. Beberapa orang telah salah
mengartikannya sebagai seksualitas belaka. Walaupun seksualitas punya kaitan
dengan Eros, namun bukan berarti seksualitas itu sama dengan Eros. Seksualitas
dapat hadir tanpa eros, dan ini bukan sesuatu yang sepenuhnya salah. Memang ada
seksualitas tanpa Eros yang salah, contohnya pemerkosaan, namun ada juga yang
tidak salah, bahkan sah. Sebagian besar nenek moyang kita menikah pada usia
yang sangat muda dengan pasangan pilihan orang tua mereka dan tidak ada
hubungannya dengan Eros sama sekali pada awalnya. Sebaliknya, ada pula
seksualitas yang terbungkus Eros namun tidak disertai akal sehat yang
menghasilkan perzinahan, menyakiti hati istri, menipu suami, mengkhianati
teman, merusak hubungan, dan meninggalkan anak-anak.
Eros seringkali muncul secara berikut; pertama kali
ada perasaan tertarik kepada lawan jenis, ketertarikan umum kepada
penampilannya secara keseluruhan. Seseorang yang berada dalam kondisi ini
benar-benar tidak mempunyai waktu untuk memikirkan seks. Ia terlalu sibuk
memikirkan orang itu. ia penuh gairah, tapi tidak mengarah kepada gairah seks.
Jika anda bertanya apa yang diinginkannya, jawabannya seringkali, “terus
memikirkannya.” Ia senang merenungkan cintanya. Dan ketika kemudian unsur
seksual muncul, ia tidak akan merasa bahwa ini menjadi akar dari semua
perasaannya selama ini.
Eros membuat laki-laki benar-benar menginginkan,
bukan sembarang perempuan, melainkan satu perempuan tertentu. Laki-laki
tersebut menginginkan Kekasih itu sendiri, bukan kesenangan yang dapat
diberikan oleh Kekasih. Jika kita belum pernah mengalaminya, mungkin akan sulit
membedakan antara mengingnkan seseorang dan menginginkan suatu kesenangan,
kenyamanan, atau pelayanan yang dapat diberikan oleh seseorang. Eros yang
paling tulus bisa dikatakan tidak beralasan. Bukan karena dia begini atau
begitu aku menginginkannya, tapi aku menginginkannya karena dia adalah dia.
Setiap orang tahu bahwa tidak ada gunanya mencoba
memisahkan sepasang kekasih dengan membuktikan kepada mereka bahwa pernikahan
mereka tidak akan bahagia. Ini bukan
karena mereka tidak akan mempercayai anda, (memang biasanya mereka tidak akan
mempercayai anda) tapi, sekalipun mereka percaya, mereka tidak akan membatalkan
pernikahan mereka. Karena itu adalah tanda ada Eros dalam diri kita, kita akan
berbagi ketidakbahagiaan dengan Kekasih kita. Bahkan jika mereka cukup dewasa
untuk menyadari bahwa jika tidak bersama akan membuat mereka sepuluh kali lebih
bahagia, mereka akan tetap memilih untuk bersama. Sekalipun ada bukti bahwa
pernikahan dengan orang yang kita kasihi itu tidak mungkin membawa kebahagiaan,
hanya membawa pada kehidupan yang gagal, miskin, tanpa harapan, terbuang, atau
hina – Eros tidak pernah ragu mengatakan, “Lebih baik begini daripada berpisah.
Lebih baik menderita bersama dia daripada behagia tanpa dia. Biarlah hati kami
hancur asalkan ditanggung bersama.” Inilah kemuliaan dan kengerian cinta.
Benih bahaya tersembunyi dalam kemuliaan Eros. Ia
telah berbicara seperti tuhan. Komitmen totalnya, ketidakpeduliannya atas
kebahagiaan, harga dirinya yang tinggi, terdengar seperti pesan dari kekekalan.
Tetapi Eros yang dihormati dan ditaati tanpa syarat akan menjadi setan. Orang
akan rela mati, menjadi martir demi Eros. Dalam kondisi ini Eros telah
menyeruak menjadi sebuah “agama cinta”. Orang bukan
hanya kecanduan cinta tapi mempertuhankan cinta. Cinta itu sendirilah yang
kemudian menjadi berhala. Di samping itu ada kemungkinan pemberhalaan yang
lain, yaitu kepada Kekasih kita. Namun kemungkinan yang kedua itu tidak terlalu
berhaya, setidaknya setelah sepasang Kekasih itu memasuki pernikahan. Di dalam
pernihakan sepasang kekasih akan mengalami pengenalan-pengenalan yang membuat
kemungkinan itu sangat kecil terjadi.
Walau diklaim berasal dari kekekalan, banyak
keluhan tentang sifat Eros yang berubah-ubah.
Jatuh cinta berarti memaksudkan dan menjanjikan kesetiaan seumur hidup. Cinta
membuat janji-janji yang tidak diminta, tidak dapat dicegah agar tidak
mengobral janji. Kalimat, “aku akan selalu setia” ini sungguh-sungguh, tidak
munafik. Namun kita sering mendengar cerita orang-orang yang jatuh cinta setiap
tahun pada orang yang berbeda, yang berkata, “cinta yang kali ini sungguh-sungguh”,
bahwa pengembaraan mereka telah berakhir, bahwa mereka telah menemukan cinta
sejati dan akan setia sampai mati. Terdengar cukup menggelikan, namun
kenyataannya mereka tulus saat mengucapkannya, walaupun ada pula yang hanya
bermain-main. Tahun ini kita bisa berkata bahwa si A lah yang terbaik bagi kita, namun bisa jadi tahun depan kita berkata si B lah yang terbaik. Kondisi yang sedang saya jelaskan bukan berkata pada A dan B pada saat yang bersamaan bahwa merekalah yang terbaik, itu namanya mendua. Tapi yang saya maksudkan adalah kejadian bertemu A dan B sungguh peristiwa terpisah waktu.
Akhirnya, harus diakui bahwa cinta jenis ini tidak
bisa berdiri sendiri. Ia membutuhkan pertolongan, karena itu ia perlu diatur.
Ia dapat dimatikan, tapi juga dapat dibiarkan hidup. Ia dapat hidup dengan
indah dalam diri manusia jika Tuhan tetap menjadi Tuhan dalam hidup kita.