“Maaf ya, aku gak dandan”, itulah kalimat yang
sering diucapkan pasangan saya ketika kami hendak pergi ke luar. Karena pada
dasarnya saya suka penampilannya yang polos, maka hal itu tidak menjadi
masalah.
Saya menyadari bahwa pasangan saya ingin tampil cantik
ketika kami pergi keluar. Mungkin saja dia tidak ingin membuat saya merasa malu
jika dilihat orang lain. Atau setidaknya dia ingin terlihat cantik di depan
saya. Apapun alasannya, saya menangkap kenginannya untuk memberikan yang
terbaik.
Hubungan kita dan Tuhan tak ubahnya seperti
sepasang kekasih. Tuhan dengan segala kesempurnaan telah mengasihi kita dengan
bukti nyata. Tak akan pernah cukup waktu yang kita miliki untuk menghitung
betapa besarnya cinta-Nya bagi kita. Di lain pihak, kita dengan segala
kekurangan dan keterbatasan, berupaya menyenangkan hati-Nya dengan melakukan
yang terbaik.
Kadang kita merasa tidak layak bersanding sebagai
kekasih Tuhan, karena kita merasa “dandanan” kita tidak cukup baik. Ketika
berjalan di sisi-Nya kadang kita mendapati diri penuh dengan debu dan kotoran,
sehingga sejenak kita menghentikan langkah untuk membersihkan diri. Tentu saja
keinginan untuk selalu terlihat bersih dan menarik di mata-Nya adalah hasrat
yang mulia.
Walaupun Tuhan mengasihi kita apa adanya, tapi Dia
tidak membiarkan kita seadanya (meminjam kata-kata Max Lucado). Dia akan
mendandani manusia batiniah kita agar makin terlihat cantik. Bagi saya,
penampilan pasangan yang polos itu indah, namun tidak semua momen layak
dihadiri dengan dandanan polos. Saat menghadiri acara resmi, tentu saya
mengharap dia berdandan sedikit berbeda dengan saat nongkrong. Kita pun sebagai
calon mempelai-Nya harus bersiap dengan dandanan terbaik saat menyongsong
kedatangan-Nya untuk membawa kita kepada kekekalan.
Pakaian rumahan hanya cocok dipakai di rumah,
untuk pergi ke pesta kita perlu mengenakan pakaian yang berbeda. Perenungan
sederhananya adalah, adakah kita masih memiliki hasrat untuk tampil maksimal di
hadapan-Nya? Bukan tampilan fisik, namun keindahan batin.