Apa yang ada di benak kita saat
mendengar kata identitas? Mungkin sebagian kita terpikir KTP, SIM, dan
semacamnya yang disebut kartu identitas. Mungkin juga ada pemikiran-pemikiran
lain yang terbersit saat kita mendengar kata identitas. Persoalan identitas
merupakan persoalan mendasar setiap pribadi. Itulah sebabnya saya tertarik
untuk sedikit membahas tentang hal ini.
Pertama-tama kita lihat dulu apa
kata KBBI tentang identias. Menurut KBBI, identias adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri. Mari kita bahas
pengertian pertama, ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Setiap pribadi
yang hidup di dunia ini unik. Tidak ada satu pun yang identik sempurna. Anak
kembar sekalipun akan memiliki ciri-ciri yang berbeda pada beberapa hal.
Sekalipun ada banyak kemiripan antara dua pribadi, akan selalu ada ciri khusus
yang membuat mereka bisa dibedakan atau dikenali sebagai pribadi yang berbeda.
Semua kombinasi ciri-ciri fisik maupun perilaku manusia memunculkan keunikan
tiap pribadi tersebut. Nah, jika tiap pribadi itu mempunyai kombinasi unik yang
menjadikan “dirinya adalah dia”, maka semestinya kita tidak harus capek
berusaha menjadi orang lain.
Apa yang membuat Danu adalah Danu
adalah tinggi badannya yang tanggung, matanya yang minus, rambutnya yang ikal,
kulitnya yang sawo matang cenderung terlalu matang, wajahnya yang biasa saja,
lesung pipi di sebelah kanan, dll. Itu adalah ciri
dan keadaan khusus fisik yang membuat orang mampu mengenali Danu sebagai Danu.
Uniknya, nama saya pun sebenarnya adalah bagian dari identitas juga. Selain itu
ada fakta-fakta yang tidak pernah bisa diubah (bisa juga disebut latar
belakang), seperti: saya lahir di Blitar, bulan Mei 27 tahun yang lalu,
dibesarkan di Surabaya, tumbuh
sebagai Arek Suroboyo, wong Jowo, bertanah air Indonesia,
dll.
Jati diri secara sederhana saya
artikan sebagai kesejatian diri, siapa diri kita sesungguhnya. Sedikit banyak mirip
dengan hal-hal diatas. Tapi, saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang
non-fisik. Jati diri manusia dibentuk oleh bahan/sifat dasarnya dan dipengaruhi
oleh lingkungannya. Adanya pengaruh lingkingan semestinya tidak membuat
bahan/sifat dasar itu lenyap. Bahan dasar yang saya bicarakan bukan hanya
tentang tempramen, tapi juga tentang purpose yang diletakkan oleh Sang Pencipta
pada pribadi tersebut. Saya teringat pada masa SMP guru BK menjelaskan bahwa
masa remaja adalah masa pencarian jati diri/identitas. Berdasarkan penjelasan
di atas sebenarnya jati diri atau identitas itu tidak perlu dicari karena
setiap pribadi sudah mempunyainya. Yang perlu dilakukan sebenarnya adalah
mengenali (identifikasi) dan memunculkannya. Memunculkannya dengan percaya
diri. Saya mengatakan tidak perlu dicari karena dalam benak saya kegiatan
mencari itu dilakukan di luar dirinya, di luar keluarganya, padahal
sesungguhnya jati diri itu letaknya di dalam.
Seperti pernah saya bahas pada
tulisan saya yang dulu (duluuuu sekali), bahwa krisis identitas menyebabkan
banyak masalah. Krisis identitas menyebabkan krisis karakter, krisis perilaku,
dan lain sebagainya. Dan adalah hal yang kurang tepat bahkan mungkin berbahaya
jika “mencari” jati diri di luar keluarga. Karena sebenarnya jati
diri/identitas kita dengan mudah bisa kita “temukan” atau istilah yang lebih
saya sukai “kenali” di dalam keluarga. Oh, mengapa lagi-lagi kembali ke
keluarga? Karena di dalam keluargalah pertumbuhan yang sehat bisa terjadi.
Keluarga adalah tempat paling ideal untuk mengenali dan memunculkan identitas
tanpa rasa malu atau takut. Hal ini tidak berarti seseorang harus mengisolasi
diri dari lingkungan yang luas. Hanya saja, dalam urusan identitas, keluargalah
tempatnya.
Pembaca yang budiman, mari
mengidentifikasi identitas kita di lingkungan yang benar, yakni keluarga kita.
Lalu bagaimana jika keluarga kita tidak ideal? Tidak ada keluarga yang
benar-benar ideal dalam pandangan kita. Bagaimana jika keluarga kita kacau
balau? Bergumullah untuk pemulihannya. Bagaimana jika kita yatim piatu?
Temukanlah keluarga, karena sebagai makhluk sosial sesungguhnya kita tidak
pernah yatim piatu. Suatu bangsa yang identitasnya geje alias tidak jelas
dimulai dari pribadi-pribadi yang identitasnya geje. Berhenti mengata-ngatai
bangsa kita sendiri dan mari mulai pembaharuan dari diri kita.
Semua yang tertulis di kartu
identitas (KTP) kita memang menunjukkan identitas kita. Namun itu hanya
menunjukkan aspek fisik dari identitas. Aspek latar belakang saja yang tertera
disana, namun kita tidak menemukan keterangan mengenai purpose disana. Maaf,
saya pakai istilah purpose karena tidak menemukan istilah dalam bahasa
Indonesia yang sama kedalaman maknanya. Oleh karena itu aspek purpose ini yang
sangat perlu kita kenali dan kita munculkan sebagai identitas.
Akhirnya bisa juga menulis blog
dengan menggunakan PC (ditandai dengan isi blog yang sedikit lebih panjang dari
biasanya). Semoga tulisan yang mbulet ini tidak membuat pembaca mengernyitkan
dahi saking mbuletnya pikiran. Lebih dari itu, semoga tulisan ini bermanfaat.
2 comments:
Halo Danu.. temanya menarik.. memang panjang tapi lumayan jelas (kalau pembacanya mau ikutan mikir) :D keep the good work :)
Makasih Valen :)
Semangat ujian! Hehehe.
Post a Comment