Adanya kemiskinan, nestapa, dan kejahatan di bumi adalah fakta yang tidak bisa kita sangkal. Hampir setiap hari kita membacanya di koran, mendengarnya di radio, dan menyaksikannya di TV. Bahkan jika rajin memperhatikan, kita akan mendapati bahwa media menyediakan kolom atau ruang khusus bagi berita semacam itu.
Fakta ini berbicara setidaknya dua hal kepada saya. Pertama, semua itu dialami oleh manusia. Kedua, hampir semuanya itu berasal dari manusia. Manusia mencelakakan manusia, manusia memiskinkan manusia, manusia melahap manusia. Sebuah tragedi yang memilukan karena seingat saya manusia tercipta untuk saling mengasihi dan menolong.
Ada orang yang berkata bahwa ini adalah penyimpangan, penyalagunaan, atau penyangkalan akan tujuan penciptaan manusia. Beberapa yang lain berkomentar kian kemari tanpa solusi. Terlepas dari semua itu, di belahan dunia manapun, selalu muncul orang-orang yang peduli. Saya sering tertegun dan menelan ludah menyaksikan orang-orang yang menolak diam dan menyerah. Kita bisa menemukan mereka di tengah-tengah masyarakat kita. Ketika sebagian orang cuma bisa mencibir, mereka bertindak. Ketika yang lainnya hanya berteriak di jalanan, mereka menyingsingkan lengan baju dan berbuat sesuatu.
Bagi orang-orang ini, kemiskinan, nestapa, dan kejahatan adalah fakta. Namun mereka berbuat untuk merubahnya alih-alih menggerutu. Bagi saya pun berlaku suatu yang saya sebut kebenaran, bahwa sekuat apapun kita berusaha, akan selalu ada orang-orang miskin yang membutuhkan uluran tangan kita. Di dunia yang fana ini, Tuhan telah mengatur bahwa sebagian orang yang berlebih harus berbagi kepada sebagian orang lain yang berkekurangan. Semakin banyak kejahatan justru harus membuat kita terpacu untuk menebar kebaikan. Jika kejahatan menebar kebusukan, mari kita menaburkan bibit bunga kebaikan. Karena saya yakin suatu saat bibit itu akan tumbuh dan berbunga. Saat angin menerpanya, ia melepaskan aroma wangi yang terus dibawa angin itu kemanapun berhembus.
Adanya kemiskinan, nestapa, dan kejahatan semestinya membuat kita makin giat berbuat baik, walaupun kita tidak dapat menghapuskannya sama sekali dari muka bumi. Kita ada untuk saling melengkapi. Manusia ada untuk saling mengasihi. Saya memilih untuk mengasihi sesama, tak peduli asal usul dan sifatnya. Saya memilih untuk melengkapi kekurangan orang lain, tanpa mempertanyakan siapa yang akan melengkapi kekurangan saya. Karena saya percaya, di luar sana ada orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan saya, maka Tuhan akan mempertemukan saya dengan mereka yang akan melengkapi kekurangan saya.
Para pembaca mungkin menganggap saya sedang bermimpi atau berkhayal. Namun, sama seperti nyatanya fakta pahit yang tersaji oleh media, demikianlah nyatanya kasih sayang manis yang menyembuhkan.
Saya memilih bertindak dengan kasih. Bagaimana dengan anda?