Salam jumpa kembali pembaca yang budiman. Kali ini saya akan meneruskan kisah luar biasa tentang sepasang manusia pertama yang ada di dunia. Tulisan ini adalah bagian ketiga dari seri Pasangan Hidup. Pada bagian pertama kita belajar bahwa inisiatif untuk manusia berpasangan berasal dari Tuhan. Dan pada bagian kedua kita belajar bahwa Tuhan berikan tanggungjawab atas manusia yang harus diselesaikan sebelum memasuki kehidupan berpasangan. Nah, pada bagian ketiga ini kita akan pelajari kelanjutan kisah kasih yang luar biasa ini.
Kej 2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
Setelah Adam menyelesaikan tugasnya, Tuhan membuatnya tidur nyenyak. Setelah tugas yang begitu berat itu selesai dikerjakan, ada kemungkinan bahwa tubuh Adam letih. Walau tidak diceritakan dengan jelas bahwa hal itu terjadi, namun kemungkinan bahwa Adam mengalami keletihan itu ada. Salah satu bagian paling menarik dari Alkitab yang menumbulkan kekaguman dan memunculkan banyak pertanyaan adalah kisah-kisah sebelum manusia jatuh dalam dosa. Namun disini saya tidak akan membahas mengenai hal itu. Baiklah, mari kita kembali ke topik. Tuhan Allah membuat Adam tidur nyenyak, karena memang manusia sangat mungkin mengalami keletihan walau diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya. Buktinya Tuhan ciptakan bahan-bahan yang bisa dimakan oleh manusia. Jika manusia butuh makanan, maka ia juga butuh memulihkan tenaga yang terkuras karena aktivitas. Allah itu Roh, namun manusia adalah makhluk roh sekaligus daging. Ini yang membuat manusia perlu makanan dan istirahat.
Tuhan bukan hanya membuat Adam tidur, namun tidur nyenyak. Tidur yang pulas, berkualitas, dalam, dan susah dibangunkan. Dan apa yang terjadi sementara Adam tidur nyenyak? Tuhan mengambil salah satu rusuk Adam dan menutupnya dengan daging. Disini Tuhan sedang berkarya. Di saat yang tidak disadari olah Adam, tangan Tuhan sedang berkarya. Berkarya untuk mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya, yaitu memberikan pasangan yang sepadan buat Adam. Pelajaran penting pertama yang bisa kita petik disini adalah waktu Tuhan adalah waktu yang tidak kita sangka atau sadari. Tuhan membentuk pasangan kita pada saat kita tidak sadari. Kedua, percayakanlah hal pembentukan pasangan kita kepada-Nya. Mempercayai Tuhan melibatkan menyalibkan keakuan. Karena pasangan kita, walaupun dibentuk dari bagian diri kita, dia bukanlah milik kita, dia milik Allah. Dan Dia yang adalah sempurna dalam segala karya-Nya, tidak akan memberikan rumput liar padahal anak-Nya butuh roti. Tuhan kitalah yang membentuk karakter dan kepribadian pasangan kita. Bukan bagian kita merisaukan hal ini. Bagian kita adalah bertanggungjawab atas tugas-tugas yang diberikan-Nya sebagai pelatihan kita menuju kehidupan rumah tangga. Bagaimana mungkin kita akan bertanggungjawab dengan kesehatan, keuangan, kerohanian, dan kebutuhan-kebutuhan pasangan jika kita tidak bertanggungjawab mengenai hal-hal itu atas diri sendiri?
Maka kesibukan yang perlu kita pelihara selama masa penantian Tuhan pertemukan kita dengan pasangan adalah melakukan tanggungjawab pribadi dengan sebaik-baiknya dan melatih diri untuk menjadi seorang suami, istri, ayah, dan ibu. Wahai para pria, tugas dan tanggungjawab seorang suami dan ayah itu sangat berat, bahkan lebih berat daripada seorang presiden. Seorang yang bisa memimpin keluarganya dengan baik dan penuh tanggungjawab pasti bisa memimpin orang lain dengan baik. Sebaliknya, orang bisa menampakkan diri sebagai figur pemimpin yang baik di luar keluarga namun di keluarganya sendiri tidak bertanggungjawab secara jasmani dan rohani, maka tinggal tunggu tanggal mainnya, citra dirinya di depan orang banyak akan hancur berantakan. Dan para wanita, tugas seorang istri dan ibu itu juga tidak mudah sama seperti bagi pria menjadi suami dan ayah itu tidak mudah. Mari kita belajar bertanggungjawab sebelum benar-benar memasuki kehidupan berpasangan. Baiklah, sekarang kita lanjutkan kisahnya.
Kej 2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
Biarkan Tuhan yang berkarya atas pasangan kita. Bagian kita adalah mempercayai-Nya dan mempersiapkan diri. Dan apa yang terjadi setelah Tuhan selesai membentuk kita dan pasangan menjadi pribadi yang utuh? Dia mempertemukan kita dan pasangan sebagaimana Dia mempertemukan Adam dan istrinya. Waktu yang terbaik untuk mempertemukan pasangan adalah ketika keduanya telah utuh sebagai pribadi dan siap untuk membina hubungan berpasangan. Dan ketika waktu itu tiba, inilah yang terjadi.
Kej 2:23-24 Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Ketika Adam dipertemukan dengan yang sepadan, AHA! Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Saat dipertemukan pun Adam tidak lantas jadi lupa tanggungjawab. Sebab kalangsungan bumi adalah tanggungjawab Adam, termasuk makhluk cantik yang belum bernama yang dia temui sekarang. Adam kembali melakukan tugasnya sesuai otoritas yang diberikan Tuhan padanya atas seluruh bumi, dengan itu dia menamai makhluk Tuhan paling indah itu perempuan, karena diambil dari laki-laki. Saya akan sedikit memberi paparan tentang bahasa asli dari kata "manusia", "laki-laki", dan "perempuan" supaya kita tidak bingung dengan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Kata "manusia" yang dipakai pada pembahasan kita mulai bagian pertama sampai sekarang berasal dari bahasa Ibrani, 'âdâm. Laki-laki berasal dari bahasa Ibrani, 'îysh. Sedangkan perempuan berasal dari bahasa Ibrani, 'ishshâh nâshîym. Dari konteks ini mereka adalah satu daging karena perempuan dibentuk dengan mengambil bagian dari laki-laki. Karena manusia pada masa sebelum kejatuhan rohnya seiya sekata dengan Roh Tuhan, maka pernikahan digambarkan sebagai kesatuan daging. Jika seluruh manusia rohnya selaras dengan Roh Allah maka tidak perlu dilakukan checking roh untuk menuju pernikahan. Namun setelah kejatuhan manusia dalam dosa, checking roh menjadi hal yang wajib dan pertama yang harus dilakukan sebelum berkata AHA. Apakah lawan jenis yang sedang berada di hadapan kita ini sama-sama selaras dengan Roh Allah seperti kita?
Mal 2:15 Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.
Kesatuan daging saja tidak akan menghasilkan keturunan ilahi. Hanya kesatuan daging dan roh yang bisa menghasilkan keturunan ilahi. Oleh karena itu checking roh jadi syarat mutlak untuk memutuskan AHA! Kalau hanya bersatu dalam daging, maka keturunan yang dihasilkan hanyalah keturunan jasmaniah. Tapi pernikahan yang satu roh, dengan Roh Allah yang memimpin akan menghasilkan keturunan ilahi yang mengibarkan panji kemenangan dan menggenapi rencana Allah dari semua untuk manusia supaya mereka: beranak cucu, bertambah banyak, memenuhi bumi, berkuasa, dan taklukkan itu. Tanpa keturunan ilahi, manusia hanya mampu beranak cucu, bertambah banyak, dan menuh-menuhin bumi.
Dari tulisan-tulisan sebelumnya sampai sekarang kita dapat pelajari beberapa prinsip:
- Inisiator dalam berpasangan adalah Tuhan.
- Bagian kita adalah mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan pada kita dengan penuh tanggungjawab hingga selesai.
- Tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan Tuhan adalah pembelajaran sebelum kita masuk pada fase berpasangan.
- Tuhan mempersiapkan pasangan hidup yang terbaik untuk kita. Dia membentuk pasangan kita menjadi pribadi yang utuh bahkan saat kita tidak menyadarinya.
- Tuhan mempertemukan kita dengan pasangan di saat kedua pribadi sudah benar-benar utuh dan siap berpasangan.
- Tujuan berpasangan adalah pernikahan, tidak ada main-main atau coba-coba. Dan di dalam pernikahan ada buah yang dihasilkan yaitu keturunan ilahi. Maka dalam pernikahan harus ada kesatuan roh dan daging.
Dengan ini maka usailah seri Pasangan Hidup yang kita pelajari dari kisah Adam dan Hawa. Kisah yang memberi kita pelajaran penting tentang prinsip berpasangan. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Sampai bertemu di tulisan berikutnya.
0 comments:
Post a Comment