Pages

Thursday, December 19, 2013

Insya Allah



Pagi ini saya tertegun melamunkan kawan yang setia menemani selama hampir 2 tahun ini. Sekarang ia terbaring sakit tak berdaya menanti pertolongan. Sungguh kasihan kawanku. Kini, tanpa dia saya tak sanggup ber-whatsapp ria. Oh betapa malang dan lebaynya. Ya, kawan setia itu adalah ponsel.

Sejenak saya teringat perkataan dosen Mata Kuliah “Probabilitas dan Statistik” di semester 2 yang dikuatkan oleh dosen Mata Kuliah “Proses Stokastik” di semester 5 bahwa: umur(lifetime) dari barang elektronik itu mengikuti bentuk eksponensial negatif. Apakah istilah yang saya gunakan sudah cukup membuat pembaca mengernyitkan dahi? Mohon maaf karena saya memang sengaja melakukannya. Hehehe. 

Mungkin para pembaca pernah tahu kurva linier dengan gradien negatif. Itu lho, kurva (garis) lurus yang miring ke kiri. Kalau tidak salah ini ada di pelajaran Matematika SMP. Nah, kurva eksponensial negatif hampir mirip. Miring ke kiri, namun bentuknya bukan garis lurus melainkan garis melengkung.

Baiklah, anda bisa mengabaikan penjelasan yang sok keminter diatas dan menuju kepada apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Setiap ciptaan memiliki masa pakai atau lifetime. Ponsel dibuat dengan teknologi canggih dengan tingkat presisi yang baik, sehingga produsen bisa memprediksi umur ponsel tersebut. Ya, meskipun dibuat berdasarkan ilmu yang eksak, namun proses pembuatan dan pemakaiannya berlangsung di dunia yang tidak ideal. Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah memprediksi bukan memastikan.

Jika benda yang dibuat oleh manusia saja tak bisa dipastikan umurnya, apalagi umur dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena manusia bukan buatan manusia. Kita memiliki pertanyaan-pertanyaan yang masih berupa misteri tak terjawab sampai sekarang tentang diri kita sendiri. Berbeda dengan manusia memproduksi ponsel, Pencipta Kita tahu persis bagaimana diri kita dan kapan kita akan berhenti menjalani kehidupan di dunia. Pencipta kita tidak memprediksi hidup kita karena kita bukan barang identik(sama persis) yang diproduksi masal. Dia menciptakan kita dengan blueprint yang khusus untuk masing-masing orang. Bukankah itu sangat hebat.

Salah satu seni menjadi manusia adalah mempercayai Pencipta sepenuhnya. Ilmu kedokteran pun tidak sanggup memastikan usia manusia. Karena selain faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, ada pula faktor tak terduga yang membuat prediksi menjadi berubah. Mempercayai Pencipta berbicara tentang menyerahkan masa hidup kita untuk melakukan kehendak Sang Pencipta. Mempercayai Sang Pencipta berbicara tentang mengikuti tuntunan-Nya setiap saat, walau kadang jalan yang ditunjukan-Nya tidak kita pahami dan membuat kita bertanya-tanya. Mempercayai Sang Pencipta berbicara membuat kita tidak kawatir tentang kapan dan bagaimana masa hidup kita berakhir. Karena kita tahu sepanjang hidup kita telah melalui jalan yang ditunjukkan-Nya. Dengan mempercayai Sang Pencipta sesungguhnya kita telah menyerahkan hidup ke satu-satunya tangan yang pasti. Satu-satunya yang memberi kepastian, bukan prediksi.

Demikian perenungan singkat saat melamun pagi ini. Insya Allah saya akan terus berbagi perenungan-perenungan sederhana di kesempatan mendatang. Bagi yang masih belum tahu bentuk kurva eksponensial negatif dan penasaran, silahkan googling sendiri ya. *nyeruput kopi sambil berharap kawan saya segera sembuh*

Yak 4:13-15 TB LAI
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

2 comments:

Unknown said...

Kata lifetime mengingatkanku lagu "mirai e":
Hora ashimoto wo mitegoran
Kore ga anata no ayumu michi
Hora mae wo mitegoran
Are ga anata no mirai

Semoga tulisannya bermanfaat bagi yang membaca. Dan Insya Allah, penulis bisa menuangkan renungannya lagi.

Danu Retakson said...

terimakasih kunjungannya.
itu arti lagunya apa ya?