Pagi ini saya tertegun melamunkan kawan yang setia menemani selama hampir 2
tahun ini. Sekarang ia terbaring sakit tak berdaya menanti pertolongan. Sungguh
kasihan kawanku. Kini, tanpa dia saya tak sanggup ber-whatsapp ria. Oh betapa
malang dan lebaynya. Ya, kawan setia itu adalah ponsel.
Sejenak saya teringat perkataan dosen Mata Kuliah “Probabilitas dan
Statistik” di semester 2 yang dikuatkan oleh dosen Mata Kuliah “Proses
Stokastik” di semester 5 bahwa: umur(lifetime)
dari barang elektronik itu mengikuti bentuk eksponensial negatif. Apakah
istilah yang saya gunakan sudah cukup membuat pembaca mengernyitkan dahi? Mohon
maaf karena saya memang sengaja melakukannya. Hehehe.
Mungkin para pembaca pernah tahu kurva linier dengan gradien negatif. Itu
lho, kurva (garis) lurus yang miring ke kiri. Kalau tidak salah ini ada di
pelajaran Matematika SMP. Nah, kurva eksponensial negatif hampir mirip. Miring
ke kiri, namun bentuknya bukan garis lurus melainkan garis melengkung.
Baiklah, anda bisa mengabaikan penjelasan yang sok keminter diatas dan menuju kepada apa yang sebenarnya ingin
saya sampaikan. Setiap ciptaan memiliki masa pakai atau lifetime. Ponsel dibuat
dengan teknologi canggih dengan tingkat presisi yang baik, sehingga produsen
bisa memprediksi umur ponsel
tersebut. Ya, meskipun dibuat berdasarkan ilmu yang eksak, namun proses
pembuatan dan pemakaiannya berlangsung di dunia yang tidak ideal. Oleh karena
itu yang dapat dilakukan adalah memprediksi bukan memastikan.
Jika benda yang dibuat oleh manusia saja tak bisa dipastikan umurnya,
apalagi umur dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena manusia bukan buatan
manusia. Kita memiliki pertanyaan-pertanyaan yang masih berupa misteri tak
terjawab sampai sekarang tentang diri kita sendiri. Berbeda dengan manusia
memproduksi ponsel, Pencipta Kita tahu persis bagaimana diri kita dan kapan
kita akan berhenti menjalani kehidupan di dunia. Pencipta kita tidak
memprediksi hidup kita karena kita bukan barang identik(sama persis) yang
diproduksi masal. Dia menciptakan kita dengan blueprint yang khusus untuk masing-masing orang. Bukankah itu
sangat hebat.
Salah satu seni menjadi manusia adalah mempercayai Pencipta sepenuhnya. Ilmu
kedokteran pun tidak sanggup memastikan usia manusia. Karena selain
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, ada pula faktor tak terduga yang
membuat prediksi menjadi berubah. Mempercayai Pencipta berbicara tentang
menyerahkan masa hidup kita untuk melakukan kehendak Sang Pencipta. Mempercayai
Sang Pencipta berbicara tentang mengikuti tuntunan-Nya setiap saat, walau
kadang jalan yang ditunjukan-Nya tidak kita pahami dan membuat kita
bertanya-tanya. Mempercayai Sang Pencipta berbicara membuat kita tidak kawatir tentang
kapan dan bagaimana masa hidup kita berakhir. Karena kita tahu sepanjang hidup
kita telah melalui jalan yang ditunjukkan-Nya. Dengan mempercayai Sang Pencipta
sesungguhnya kita telah menyerahkan hidup ke satu-satunya tangan yang pasti.
Satu-satunya yang memberi kepastian, bukan prediksi.
Demikian perenungan singkat saat melamun pagi ini. Insya Allah saya akan
terus berbagi perenungan-perenungan sederhana di kesempatan mendatang. Bagi
yang masih belum tahu bentuk kurva eksponensial negatif dan penasaran, silahkan
googling sendiri ya. *nyeruput kopi sambil berharap kawan saya segera sembuh*
Yak 4:13-15 TB LAI
Jadi sekarang, hai kamu yang
berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami
akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu
tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu
sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu
harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu."
2 comments:
Kata lifetime mengingatkanku lagu "mirai e":
Hora ashimoto wo mitegoran
Kore ga anata no ayumu michi
Hora mae wo mitegoran
Are ga anata no mirai
Semoga tulisannya bermanfaat bagi yang membaca. Dan Insya Allah, penulis bisa menuangkan renungannya lagi.
terimakasih kunjungannya.
itu arti lagunya apa ya?
Post a Comment