Pages

Sunday, April 7, 2013

7 cowards

Pembaca yang budiman dan setia, seminggu lalu saya jalan-jalan ke Grand City Mall untuk lihat pameran Kelas Inspirasi Surabaya. Setelah mondar mandir kesana kemari dan merasa cukup puas dengan pamerannya, saya memutuskan untuk beranjak. Bukan sebuah kebetulan bahwa di dekat area pameran ada obral buku dari Gramedia. Awalnya saya ragu untuk melihat buku-buku karena dari kejauhan tampaknya ini cuma obral buku anak, kenyataannya kaki saya melaju juga kesana.

Setelah berjalan menyusuri rak-rak buku anak, akhirnya ketemu juga bagian buku dewasa. Namanya juga buku obralan, tentu buku-buku yang diobral bukan buku baru. Mengesampingkan baru atau tidaknya suatu buku, saya lebih suka melihat dari sisi manfaat dan relevansi. Misalnya: majalah komputer jadul sih malas beli, tapi kalau buku tentang parenting yang relevan untuk diterapkan di berbagai jaman kenapa tidak?

Syukurlah ada beberapa buku yang memang tidak terbungkus, sehingga bisa diintip isinya. Dan ada satu buku yang kondisinya sudah tidak terbungkus plastik, stok cuma ada satu, dan sudah berkerut di beberapa bagian. Buku ini lebih layak dikatakan buku bekas daripada buku sisa. Tapi judulnya yang provokatif telah berhasil membuat saya mengintip isinya. Buku itu berjudul 7 (seven) Cowards. Buku ini ditulis oleh Edysen Shin, di dalamnya dijelaskan ada tujuh macam kualitas pecundang yang bisa jadi bahan perenungan mengapa kita tidak bisa hidup maksimal. Apa yang disampaikan di buku ini cukup menohok saya, karena ternyata saya pecundang yang takut untuk hidup maksimal. Saya akan bagikan ketujuh poin ketakutan yang menempatkan kita menjadi pecundang. Inilah ketujuh hal itu:

1. Takut bermimpi besar
2. Takut hidup santai
3. Takut memberi
4. Takut menderita dan ditertawai
5. Takut berteman dengan orang sukses
6. Takut mengampuni
7. Takut gagal

Saya tidak akan menerangkan satu persatu tentang ketujuh ketakutan diatas. Jika pembaca benar-benar ingin tahu secara detail silahkan beli bukunya. Dari ketujuh poin diatas kita sebenarnya bisa memperkirakan penjelasannya akan seperti apa. Namun jika masih belum bisa memperkirakan, beli saja bukunya. Saat obral buku tersebut dihargai Rp 10.000 saja. Sangat layak untuk isi yang bermutu.

Sepulang dari Grand City saya banyak merenung tentang ketujuh hal itu. Lebih daripada itu, saya belajar untuk beranjak dari sana. Perubahan bukan sebuah perubahan sampai terjadi perubahan, demikian kata Ed Cole, penulis Maximize Manhood. Perubahan diawali dari pola pikir dan diwujudkan dalam tindakan. Saya berharap dengan sharing sederhana ini pembaca juga dapat mengoreksi diri. Adakah ketakutan yang kita miliki yang menghambat kita menjadi pribadi yang maksimal? Mari beranjak dari ketakutan menuju keberanian. Kita lahir untuk jadi pemenang, bukan pecundang.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Oh ya, sebenarnya saya tidak jadi beli buku ini, tapi buku The New Gold Standard yang berkisah tentang seluk beluk bisnis hotel Ritz-Carlton. Hehehe...

0 comments: