Salam jumpa pembaca yang budiman. Sudah lama saya tidak berbagi cerita di blog ini. Harap maklum karena memang saya sedang sok sibuk, sekaligus malas mengetik di layar ponsel yang tergolong kecil. Namun, sekarang saya akan memuaskan dahaga para pengunjung setia blog ini yang cuma beberapa gelintir.
Baiklah, saya ada kabar baik. Setelah belasan tahun vaccum dari dunia pergowesan, kini saya kembali menjadi ksatria pengayuh pedal sepeda. Bulan lalu saya membeli sepeda gunung (MTB) setelah menabung sekian lama. Tujuannya sederhana, mau bike2work-an alias bersepeda ke kantor. Sebenarnya ini cuma modus cari variasi olahraga setelah lebih dari setahun cuma ber-jogging dan nge-HIIT. Selain itu, sekarang saya merasakan manfaat tambahan, yaitu menghemat pengeluaran uang bensin. Hehehe.
Jarak rumah ke kantor tidak terlalu jauh. Waktu tempuh dari Banyu Urip ke Sambisari juga tidak terpaut jauh, sama-sama sekitar 30 menit, mungkin kalau pakai sepeda motor bisa ditempuh 5 menit lebih cepat. Selain itu, rute yang dilewati berada di pinggiran kota yang berarti saya tidak akan berhadapan dengan kemacetan dan polusi tengah kota Surabaya. Namun, ada hal yang cukup membuat saya terengah-engah yakni medan yang menanjak selama perjalanan. Perlu diketahui bahwa saya bekerja di salah satu stasuin TV swasta, dan sudah menjadi keharusan bahwa pemancar TV diletakkan di kawasan tertinggi di kota tersebut (alasan fisika yang kalau saya jelaskan akan memusingkan pembaca yang tidak suka fisika).
Bagi seorang goweser, tanjakan adalah tantangan. Medan yang dulunya dengan mudah dilibas menggunakan motor kini harus ditaklukkan dengan susah payah ketika mengayuh sepeda. Beberapa teknik menaklukan tanjakan pun diterapkan, namun di ujung tanjakan kaki tetap terasa payah. Pada hari pertama, kaki terasa pegal ketika sampai di kantor. Tapi itu hanya terasa beberapa menit saja, karena setelah keringat berhenti bercucuran, saya segera mandi. Kesegaran begitu terasa usai mandi, dan badan menjadi lebih bertenaga saat memulai pekerjaan (saya pakai kaos oblong & celana pendek saat berangkat, bawa baju untuk kerja di ransel). Setelah terbiasa melewati tanjakan, kaki pun semakin kuat. Tidak lagi terasa pegal ketika sampai di kantor.
Saya sungguh bersyukur karena tidak lama setelah beli sepeda, pemerintah mengumumkan kenaikan BBM. Bahan bakar meluncur ke kantor yang dulunya dua liter bensin kini cuma satu liter air putih. Hal yang sangat menggembirakan dari bike2work adalah, dapat iritnya, dapat sehatnya. FYI, setelah saya bike2work-an, beberapa teman kantor terprovokasi dan mulai teracuni untuk bergowes ke kantor. Hahaha.
Apakah pembaca yang budiman juga mulai teracuni setelah baca tulisan ini? Atau anda juga seorang goweser? Yuk budayakan hidup sehat.