Pages
Pemikiran, perenungan, dan pengalaman yang tertuang melalui papan ketik.
Saturday, December 21, 2013
Selamat Natal
Thursday, December 19, 2013
Insya Allah
Tuesday, December 17, 2013
Sedikit Lagi Tentang Identitas
Sunday, November 17, 2013
Sedikit Tentang Identitas
Sunday, October 27, 2013
Aww.. Bibirku Tergigit
Friday, October 11, 2013
Tentang Dia
Mungkin akan ada orang-orang yang tak sependapat tentang hal ini. Namun, aku tidak tertarik untuk memperdebatkannya. Kesadaranku tidak berarti bahwa aku menganggap diri sendiri atau orang-orang yang kucintai tidak berharga dalam hidupku. Ini adalah tentang siapa/apa yang terutama dalam hidupku. Saat yang terutama tetap tinggal, tak masalah jika hal lain yang berharga diambil dariku. Yang terutama berbicara tentang yang paling penting, dan sangat logis jika aku berharap yang terutama ini adalah yang sempurna. Kenyataannya demikianlah adanya. Yang terutama adalah yang sempurna.
Hanya yang sempurna yang mampu menjadikan yang tidak sempurna (cacat) seperti diriku menjadi sempurna. Itu sebabnya aku bahagia. Karena penyempurnaan itu melibatkan proses yang unik. Tak satupun sama persis antara manusia satu dengan lainnya.
Hidupku adalah tentang Dia. Sejak semula sebelum dijadikan dan terlahir ke dunia, Dia telah merancangkan apa yang baik dalam hidupku. Dia telah meletakkan tujuan yang baik untuk kulakukan selama hidupku di dunia. Yang ku inginkan bukanlah supaya Dia menyetujui apa yang ku rencanakan, tapi untuk mengetahui dan melakukan apa yang Dia rencanakan untuk kulakukan. Menyelesaikan rencana-Nya, hingga saatnya tiba Dia membawaku pulang, dan berkata, "sudah selesai". Ya, pulang. Karena rumahku bukan di dunia yang sekarang ini.
Kini aku berkata:
Hidupku adalah tentang-Mu. Seluruh peristiwa yang kualami adalah tentang-Mu. Sesungguhnya kadang aku merasa malu dan hina karena ketidaksempurnaan, cela, cacat, noda, dan kebobrokanku. Namun Kau memandangku dan mengangkatku dari keterpurukan. Kau membersihkanku dan menyadarkan siapa aku sebenarnya. Kau membawaku pada keluarga kerajaan-Mu dan menjadikanku bagian di dalamnya. Kau yang sempurna telah melakukan yang terbaik untukku. Kini, aku yang sedang Kau sempurnakan, akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk-Mu, karena aku cinta Kau lebih dari apapun.
Wednesday, September 25, 2013
Kisah TN
Aku tak kenal apa yang mereka sebut cantik, yang ku tahu adalah merdu.
Aku tak tahu paras yang manis, yang ku tahu madu itu manis.
Aku tak tahu meriahnya gado-gado, yang ku tahu rasanya nikmat.
Aku tak tahu warna kopi yang selalu ku suka, tapi aku tahu aroma dan rasanya.
Aku tak tahu indahnya pelangi, tapi aku dapat merasakan kabut menyelimuti tubuhku.
Orang sepertiku, hanya mampu mendengar, meraba, mencium, dan merasa.
Orang sepertiku,mungkin memakan apa yang menurut orang lain menjijikkan. Selama itu nikmat di mulut dan aman di tubuh tak ada yang harus di risaukan tentang penampilan makananku.
Orang sepertiku, mungkin akan menikah dengan wanita yang menurut orang lain tidak cantik. Kecantikan fisik bagiku adalah tutur kata yang santun, lembut, dan renyah. Itulah sebabnya wanita idamanku adalah penyiar radio.
Aku tidak punya akun jejaring sosial, blog, atau website pribadi. Teknologi text to speech atau speech command belum begitu memuaskan bagiku. Mungkin aku bisa melakukannya dengan mudah jika punya asisten.
Namun, aku tak merasa kekurangan dengan keberadaanku. Aku membaca buku sama seperti orang lain. Aku menempuh pendidikan tinggi sama seperti orang lain. Aku bekerja sama seperti orang lain, bukan dengan memanfaatkan rasa iba orang atas kebutaanku. Bagiku, hidupku sangat bahagia. Bahagia bukan berarti mudah dijalani. Bahagia karena sampai saat ini masih diberi kesempatan untuk terus berusaha memenangkan kesulitan hidup dan berbagi kisah kemenangan. Coba tebak apa pekerjaanku. Bukan musisi, bukan pula pemijat. Aku seorang atlet lari sekaligus guru matematika. Aku memenangkan medali emas pada kejuaraan tingkat asia tenggara. Sebagai guru aku memiliki murid-murid yang berprestasi. Dan yang lebih luar biasa, tiga bulan lagi aku akan menikah dengan seorang penyiar radio. Orang-orang bilang dia cantik, namun aku tak mempedulikannya. Yang dapat ku rasakan adalah kasih sayang dan kebijaksanaannya, serta suaranya yang empuk dan renyah :D
Saturday, August 17, 2013
Merdeka
Merdekalah bangsaku...!!!
Merdeka untuk menentukan tujuan bangsa.
Merdeka untuk bersama-sama menggapai tujuan itu.
Merdeka untuk mengasihi sesama.
Merdeka untuk merayakan keberagaman.
Merdeka untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
Merdeka untuk menghormati keyakinan yang tidak kita hidupi.
Merdeka untuk menjalin persatuan dan kesatuan.
Merdeka untuk saling menolong sesama.
Merdeka untuk mengelola sumber daya alam.
Merdeka untuk mengusahakan kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Merdeka untuk memanusiakan manusia sebagai sesama yang sama harkat dan martabatnya.
Merdeka untuk menghargai perjuangan para pendahulu kita.
Merdeka untuk membangun di atas dasar yang telah diletakkan oleh para bapak bangsa.
Merdeka untuk mempersiapkan generasi penerus menjadi generasi yang lebih berkualitas.
Sunday, August 4, 2013
Merasa Kenal
Setiap kita pasti lahir dari satu institusi yang disebut keluarga. Ikatan unik dalam keluarga saya bagi menjadi dua, yaitu ikatan perjanjian dan ikatan sedarah. Ikatan perjanjian terjadi antara kedua orangtua, mereka bersatu karena perjanjian nikah. Sedangkan ikatan sedarah terjadi antara orangtua dengan anak, dan antara anak dengan anak (persaudaraan).
Dalam hubungan jenis apapun, kunci penting yang membuatnya dapat berjalan baik adalah komunikasi. Inilah kebenaran yang sering disangkal oleh sebagian orang. Mungkin bukan secara perkataan, tapi secara perbuatan kita menyangkalnya. Sebagian dari kita menyangka bahwa dengan menjadi sedarah atau tinggal serumah, maka otomatis anggota-anggota di rumah akan mengenal dengan baik. Kenyataannya hal itu salah besar. Jika komunikasi dalam rumah tidak berjalan baik, maka pengenalan juga tidak berjalan baik.
Itulah sebabnya kita sering mendengar anak-anak mengeluh tentang orangtua mereka, "Ayah dan ibu tidak memahamiku. Mereka tidak pernah mau mendengarku". Orang-orangtua berkata, "Anakku tidak mau taat perkataanku". Dan sebagian lagi mengeluh, "Kakakku selalu mau menang sendiri. Ia bahkan lebih mirip saingan daripada saudara". Masih banyak hal senada yang kita temui atau mungkin pernah alami.
Kita bisa menjadi saudara yang buruk bagi kakak/adik kita tapi bisa menjadi sahabat yang baik bagi teman kita. Mengapa? Karena kita berkomunikasi dengan teman kita lebih baik dari saudara kita. Kita menganggap sudah kenal saudara kita padahal kenyataannya kita cuma tinggal serumah tanpa membangun komunikasi yang baik. Ada sebuah kata bijak menuliskan demikian, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara". Ini fakta yang tidak selalu berarti salah. Mempunyai sahabat karib adalah hal yang sangat baik. Namun membangun persahabatan yang karib dengan saudara juga adalah hal yang sangat luar biasa. Tidak perlu merasa aneh bertanya kepada adik/kakak kita, "Bagaimana kabarmu? Bagaimana sekolahmu/pekerjaanmu hari ini? Cerita dong tentang harimu". Bagi yang tidak terbiasa melakukannya akan terasa aneh, tapi inilah cara kita untuk sungguh-sungguh mengenal seseorang yang kita sangka telah kita kenal.
Komunikasi memegang peranan penting dalam hubungan jenis apapun. Kabar buruknya, sebagian kita lebih sulit berkomunikasi dengan saudara/orangtua sendiri ketimbang dengan teman-teman. Satu-satunya solusi tentang ini adalah berkomunikasi. Bertanyalah, berceritalah, dan dengarkanlah mereka, maka perlahan pengenalan dan pemahaman kita akan mereka akan berkembang. Cara kita berkomunikasi selama ini mungkin kurang dapat dipahami, oleh karena itu cara berkomunikasi sah-sah saja mengalami perubahan. Bahkan jika cara berkomunikasi kita yang menurut kita sudah baik pun perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Kabar baiknya, orang-orang yang berkomunikasi dengan baik dengan anggota keluarganya akan mempunyai identitas diri yang jelas dan tegas.
Masalah identitas diri adalah hal paling penting yang harus dimenangkan setiap pribadi. Telah begitu banyak anak-anak tersesat karena mencari identitas diri di luar keluarga, padahal identitas itu bisa ditemukan di dalam rumah. Dengan identitas diri yang jelas dan tegas, kita menampilkan keunikan yang mempesona saat berada di luar rumah. Kita pun juga menjadi pribadi yang tidak mudah diombang-ambingkan berbagai macam opini.
Masyarakat yang sehat dimulai dari keluarga yang sehat. Mari berhenti berpura-pura atau merasa kenal, dan mulai mengenal dengan sesungguhnya orang-orang terdekat kita. Saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah kata bijak yang sangat manis, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."
Saturday, July 13, 2013
Cinta dan Benci
Jika cinta tidak perlu alasan, maka benci pun seharusnya tidak perlu alasan. Kita mencintai karena keberadaan (eksistensi), bukan karena properti dari keberadaan itu. Hal yang sama berlaku untuk benci. Maka sebaiknya kita maklum jika bertemu orang yang membenci kita tanpa alasan. Itu karena dia membenci keberadaan (eksistensi) kita. Cantik, tampan, baik, kaya, jujur, pengertian, penyabar, dll itu properti. Saat properti tersebut diambil dan kita masih mencintainya, maka sesungguhnya kita sungguh-sungguh cinta. Jika cinta/benci kita masih karena properti berarti kita belum benar-benar mencinta/membenci.
Kalau kita mempertanyakan adakan jenis cinta seperti ini? Jawabannya adalah ada. Namun pembahasan ini akan lebih mudah dipahami oleh para penyembah Tuhan. Tuhan mencintai kita karena kita ciptaan-Nya, bukan karena kita taat kepada-Nya. Tuhan mencintai kita karena kita manusia. Bahkan sekalipun kita tidak menyadari cinta-Nya, Dia tetap mencintai kita. Tidak ada perbuatan kita yang membuat cinta-Nya pada kita bertambah atau berkurang, karena cinta-Nya sempurna dan tak bersyarat.
Luar biasanya, Dia pun memerintahkan kita untuk mencintai manusia lain karena mereka sesama kita, bukan karena kebaikan, keelokan, dan kualitas unggul lainnya. Itu artinya kita pasti sanggup melakukannya, karena kita tahu Tuhan tidak pernah memberikan perintah yang mustahil untuk dilakukan.
Sesungguhnya benci dan cinta adalah soal saklar (switch). Para pembenci sebenarnya adalah mereka yang mencintai dengan jalur yang berlawanan dengan para pecinta. Jika saklar berganti posisi, tidak mengherankan jika mereka akan menjadi pecinta.
@ perjalanan pulang kerja, 9 Januari 2013
Perbuatan Seiring Iman
Yakobus 2:18-20
Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Orang yang berbuat baik belum tentu karena beriman, tetapi orang beriman pasti berbuat baik. Perbuatan bisa menjadi perwujudan isi hati. Jika ada orang mengaku percaya tapi tidak berubah kelakuannya maka patut dipertanyakan kepercayaannya. Dengan sangat keras Yakobus menghajar para pendosa yang mengaku beriman dengan membandingkannya dengan setan.
Jangan pula kita menyangka perbuatan baik kita di masa lalu akan menghapus atau membuat impas pelanggaran dan dosa yang kita lakukan sekarang. Satu-satunya jalan keluar adalah bertobat dan menghasilkan buah pengobatan.
Yehezkiel 33:12-16 Dan engkau anak manusia, katakanlah kepada teman-temanmu sebangsa: Kebenaran orang benar tidak menyelamatkan dia, pada waktu ia jatuh dalam pelanggaran dan kejahatan orang jahat tidak menyebabkan dia tersandung, pada waktu ia bertobat dari kejahatannya; dan orang benar tidak dapat hidup karena kebenarannya, pada waktu ia berbuat dosa.
Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya.
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan yang memberi hidup, sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.
Semua dosa yang diperbuatnya tidak akan diingat-ingat lagi; ia sudah melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup.
Matius 3:8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
Galatia 5:13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Kita dimerdekakan dalam Kristus untuk menjadi hamba kebenaran, hamba Kristus. Kemerdekaan sejati adalah beralih dari perhambaan dosa kepada perhambaan kebenaran.
Cara melatih diri untuk menjadi hamba kebenaran adalah dengan melayani sesama oleh kasih. Kasih ditekankan disini. Kita melayani sesama bukan untuk keuntungan pribadi, bukan supaya dipuji manusia, bukan supaya kita balik dilayani, tetapi karena kasih. Kasih tidak bertujuan untuk meminta namun memberi. Kasih tidak memuaskan diri sendiri melainkan obyek yang kita kasihi. Bahkan dalam kasih, obyek sebenarnya adalah subyek juga. Karena dalam kasih, selalu ada saling memberi dan menerima. Terlebih lagi, kebahagian seorang hamba adalah karena kepuasan Sang Tuan atas pekerjaannya.
Biarlah iman yang muncul dari dalam hati kita terwujud dalam tindakan-tindakan kita. Biarlah iman itu terus diperbarui, sehingga tindakan kita pun makin sederhana dan berdampak bagi sesama.
#mobile_blogging
Monday, July 1, 2013
Gersang vs Subur
Mari kita bayangkan tempat gersang, dimana hanya makhluk yang punya ketahanan luar biasa yang bisa hidup dan tinggal di dalamnya. Air mungkin saja tersedia, tapi butuh upaya untuk mendapatkannya, yaitu dengan membuat sumur. Untuk membuat sumur perlu menggali, dan setelahnya pun air dari dalam tanah harus ditimba atau dipompa ke atas. Untuk mengolah tanahnya pun perlu upaya lebih lagi. Maka yang terbayang dari lingkungan gersang adalah lingkungan dimana daya dukung kehidupannya sangat buruk. Sebaliknya saat membayangkan tempat subur, mungkin yang tergambar adalah daerah di sekitar sungai yang airnya mengalir sepanjang tahun, bahkan di musim panas. Tentu saja di sekitar aliran air itu tumbuh subur tanaman-tanaman mulai dari rerumputan, pohon-pohon rindang dengan buah yang menggoda selera, serta bunga-bunga yang bermekaran menampilkan semarak warnanya. Di situ kupu-kupu, kumbang, dan burung-burung kecil berkeliaran. Tempat yang subur adalah tempat yang nyaman dimana daya dukung lingkungannya sangat baik.
Kadang kita protes saat ditempatkan pada daerah yang gersang. Kita menginginkan berada di daerah subur, bahkan sekalipun daerah subur tersebut banyak peminatnya dan sudah banyak penghuninya. Padahal sebenarnya ada tantangan pada masing-masing kondisi. Saat kita berada di tempat gersang, pilihan kita adalah menggarap tempat itu supaya subur atau pergi meninggalkannya menuju tempat yang subur. Jika kita berada di tempat subur maka kita harus siap berkompetisi dengan peminat-peminat lainnya untuk mendapat tempat. Reaksi wajar dari sebagian besar manusia ketika berada di tempat gersang adalah berpikir bagaimana cara keluar dari tempat ini secepat mungkin menuju tempat yang lebih baik. Rasa tidak nyaman adalah yang pertama timbul dalam kegersangan. Jika kita berlama-lama dalam kondisi gersang maka kehidupan kita akan lebih cepat berakhir. Karena itu diperlukan upaya supaya hidup kita tidak mengering dan berakhir karena kegersangan.
Beberapa orang, mungkin sebagian besar akan berpikir untuk lari secepatnya. Namun saya tertarik dengan ide sebagian yang mungkin jumlahnya lebih kecil, untuk mengusahakan daerah gersang itu supaya menjadi lebih subur. Orang-orang dengan ide ini saya sebut sebagai pengusaha. Pengusaha melihat situasi sulit sebagai peluang atau kesempatan untuk meningkatkan mutu, sedangkan golongan lainnya melihat situasi sulit sebagai tembok yang sukar bahkan mustahil diruntuhkan. Dan mengenai ini saya ingin berbagi sebuah pandangan kepada para pembaca yang budiman. Manusia di desain untuk menjadi pengusaha. Harap tidak mencampur-adukkan dengan terminologi pengusaha-pegawai. Sejak awal manusia mengemban mandat untuk mengusahakan bumi. Dengan kata lain "bikin hidup lebih hidup". Apapun profesinya, dimanapun tempatnya, bagaimanapun situasinya, manusia di desain untuk meningkatkan mutu apapun yang ditemuinya untuk dikerjakan.
Ide tentang bikin hidup lebih hidup pada esensinya tidaklah berbicara sesempit hidup dirinya sendiri. Justru cara membuat diri lebih baik adalah dengan melakukan sesuatu yang bukan untuk diri sendiri. Sama seperti lingkungan yang gersang, saat kita mengusahakan kesuburannya, maka pada gilirannya, secara otomatis, daya dukung lingkungan untuk kehidupan kita pun meningkatkan. Atau dengan kata lain, pada akhirnya kualitas kehidupan kita akan lebih baik, saat kita mengusahakan agar lingkungan kita jadi lebih baik. Ide ini sederhana, tapi tidak banyak orang yang menyadarinya, apalagi menghidupinya. Semua situasi dan kondisi yang membuat kita harus mengambil keputusan, bertujuan untuk mengingatkan kita akan ide dasar kepengusahaan dunia ini. Tidak ada keputusan tanpa resiko dan konsekuensi. Namun apapun resiko dan konsekuensinya, bertanggungjawablah sesuai keputusan yang kita ambil. Tulisan ini mungkin sederhana dan saya berharap memang begitu adanya, supaya tindakan yang menyertainya pun sederhana.
Jadi, apakah kita mau lari saat ditempatkan pada lingkungan yang gersang? Ataukah kita mau mewujudkan ide untuk mengubah lingkungan yang gersang itu menjadi subur?
Friday, June 21, 2013
Gereja Motivasional dan Nyorga
Semoga catatan pendek ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Tuesday, June 11, 2013
Niat dan Prioritas
Kita sering dibuat kesal oleh pemberi harapan palsu (termasuk diri sendiri) ketika bersepakat untuk sesuatu dan di saat-saat terakhir dibatalkan oleh salah satu pihak. Alasan apapun yang diberikan tidak menghilangkan kekecewaan yang sejenak muncul di diri. Sering saya menyebut fenomena ini dengan sebutan tidak niat. Jika pelakunya adalah diri sendiri, maka saya pasti memarahi diri sendiri, tentunya tidak di depan orang banyak. Dan jika pelakunya orang lain, jurus pertama adalah mengelus dada, dan pada level tertentu bisa berupa sindiran, bahkan amukan.
Seniat apapun kita berusaha hendak melakukan sesuatu, akan dipandang tidak niat oleh orang lain ketika hal itu tidak terlaksana. Kadang yang membuat hal itu tidak terlaksana adalah adanya pilihan lain yang lebih tinggi prioritasnya bagi kita. Pilihan lain ini tidak selalu merupakan hal yang bertentangan dengan hal yang kita niati. Bisa jadi ia adalah hal yang baik, namun karena manusia tidak bisa berada di dua tempat berbeda untuk melakukan hal yang berbeda, maka pasti ada yang terlaksana dan ada yang tidak. Kedua pilihan itu tidak menjadi permasalahan jika tidak muncul dan perlu penyelesaian dalam waktu bersamaan, apalagi di dua tempat yang berbeda dan tidak berlaku penundaan. Kondisi bentrok secara waktu inilah yang membuat kita harus memilih salah satu diantara dua atau lebih. Dan dari keputusan inilah tercermin prioritas kita. Pilihan kita menggambarkan/mencerminkan/menunjukkan/menyatakan prioritas kita. Yang satu lebih penting dari yang lain. Bentrok pilihan A dan B bukan satu-satunya kemungkinan bentrok yang dapat terjadi, tapi mari kita sederhanakan pemikiran dengan meninjau dua pilihan ini saja. Dari beberapa kali kejadian bentrok A dan B, dapat kita lihat pilihan mana yang lebih banyak diambil. Dari situ pula, secara sederhana kita bisa simpulkan prioritas A dan B dalam diri seseorang.
Dimana hartamu berada, disitu hatimu berada.
Tindakan berbicara jauh lebih kuat dari perkataan. Jika kita bilang A lebih penting dari B, tapi kenyataannya kita lebih memilih untuk lebih sering berada di kondisi B, maka kita sedang berdusta. Jika tidak ingin dikatakan berdusta, maka mungkin bisa dikatakan kita mengalami kelainan berupa ketidaksinkronan otak dan mulut. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka bisa jadi akan berubah menjadi sindrom ketiaksinkronan kronis. Pada kondisi terparah bisa menjadi pendusta profesional.
Seberapa banyak kita mengaku mencintai keluarga dan menganggap keluarga adalah yang terpenting tetapi waktu yang kita miliki bahkan saat libur tidak pernah kita berikan untuk keluarga? Atau mungkin kita ada bersama keluarga tapi tidak berada dalam kebersamaan? Contoh keluarga adalah salah satu diantara banyak prioritas dalam hidup kita. Hari ini mari kita merenungkan, mari kita berhitung dan mengevaluasi diri, sejauh mana keputusan kita konsisten dengan prioritas yang telah kita tetapkan. Apakah prioritasnya yang harus dirombak atau cara kita mengambil keputusan? Pilihan ada di tangan kita. Sekali lagi, pilihan kita menunjukkan prioritas kita.
Saturday, June 1, 2013
Pancasila Kini
Hari ini, bangsa Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila telah menunjukkan pada dunia bahwa jamrud khatulistiwa mampu menggagas ide luar biasa yang menyatukan begitu banyak suku. Indonesia sampai saat ini adalah negara dengan kemajemukan paling kompleks di seluruh dunia. Ada puluhan ribu pulau, ada ratusan bahkan mungkin ribuan suku, dan ratusan bahasa daerah. Sangatlah luar biasa bisa menyatukan begitu banyak keragaman, apalagi untuk bangsa yang berangkat dari status terjajah. Namun kenyataannya kita berhasil, sehingga lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Para pendiri bangsa ini tidak memaksakan ide satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, karena hal itu muncul dari kesadaran, dan kesadaran itu muncul dari dalam diri pemuda-pemuda itu sendiri. Dari ide tersebut lahirlah kesatuan, dari kesatuan dirumuskanlah hal-hal mendasar yang menjadi fondasi bangsa, yakni Pancasila. Kini, mari kita renungkan, adakan kita terus membangun bangsa ini di atas fondasi yang sama? Mari kita teliti satu persatu sila.
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
Derasnya arus sekularisme telah begitu mengikis religiusitas sebagian masyarakat kita. Hari ini saya temukan tiga jenis manusia Indonesia berdasarkan religiusitasnya: ekstrem religius, ekstrem anti-religius, dan mediokritas. Ekstrem religius adalah orang yang sangat mengutamakan agama dalam kehidupannya, ada yang dalam kadar wajar, ada yang berlebihan hingga menimbulkan semacam ketidaksukaan dalam dirinya kepada pemeluk agama lain. Ekstrem anti-religius adalah mereka yang mungkin muak dengan kelakuan orang beragama yang tidak mencerminkan ajaran agama, sehingga mereka menyalahpahami ajaran agama dan memilih untuk tidak beragama. Sedangkan mediokritas adalah mereka yang santai saja hidupnya, beriman namun biasa-biasa saja, suam-suam, bermain di area nyamannya.
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Saya membahasakannya sebagai mengasihi sesama karena mereka sesama manusia, bukan karena sesama suku, agama, ras, bahasa, daerah asal, dan golongan. Mengasihi itu kata kerja aktif, dibuktikan melalui tindakan. Mengasihi itu tulus, tanpa pamrih. Mengasihi berarti memberi diri untuk menolong saat sesama membutuhkan pertolongan. Semua karena yang kita kasihi adalah sesama kita. Maka lihatlah, apa yang terjadi hari ini tentang kesetiakawanan, tentang gotong royong, tentang kerelaan, dan ketulusan? Individualisme telah merenggut jiwa sosial sebagian masyarakat sehingga generasi ini cenderung cuek ketimbang peduli. Kalaupun peduli, semangatnya tidak lagi tulus, tapi "wani piro?". Sebagai bangsa yang beradab mari kita memulihkan jiwa kita yang mungkin telah menjadi individualistik. Kemudian kita tampilkan dalam tindakan nyata untuk mengasihi sesama.
3. PERSATUAN INDONESIA
Sejak awal, keberagaman Indonesia telah menjadi kekuatan sekaligus tantangan (mungki bisa juga disebut celah yang bisa dieksploitasi). Pada dasarnya manusia merasa lebih nyaman berada di tengah-tengah orang yang "sama" dengannya. Namun kenyamanan ini bisa jadi sangat membosankan. Justru dengan keberagaman, terciptalah kesatuan yang unik. Mengutip seorang intelektual Indonesia, "tidak sama bukan berarti tidak bisa bersama", semangat inilah yang perlu kita tanamkan dan pupuk. Karena hari ini, tidak sedikit konflik muncul atas dasar keberagaman. Celah yang bisa dieksploitasi oleh pembuat perpecahan itu tidak akan berhasil dieksploitasi jika kita bersatu. Karena keterikatan memunculkan kekuatan.
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
Demokrasi Pancasila sebenarnya tidak sama dengan demokrasi yang ada di negara lain. Oleh karena itu kita mempunyai wakil rakyat yang mengemban suara rakyat. Adalah hal yang lucu menurut saya jika pengambilan keputusan untuk memilih pemimpin harus dilakukan oleh seluruh rakyat (yang punya hak pilih) secara langsung. Selain membengkakkan biaya, juga mengindikasikan ketidakpercayaan kepada wakil-wakil rakyat. Belum lagi pengambilan keputusan yang transaksional, langsung main voting tanpa musyawarah terlebih dahulu. Dalam keseharian masyarakat pun hal ini sudah sering terjadi. Padahal semestinya bukan suara terbanyak yang diambil keputusannya, namun ide terbaik dan paling relevan. Karena belum tentu suara mayoritas adalah yang benar, mengingat kondisi masyarakat kita yang loyalitas pada golongannya kadang mengalahkan hati nurani. Kita perlu berpulang pada semangat musyawarah untuk mufakat. Membuang ide bahwa voting adalah jalan terbaik dan satu-satunya. Voting adalah jalan terakhir saat mufakat tidak terjadi.
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Untuk hal yang satu ini, kita mungkin akan satu suara berpendapat bahwa kita harus banyak berbenah. Seharusnya, mental bangsa ini bukan mental orang terjajah. Orang yang terjajah biasanya manggut-manggut kepada penguasa. Sedangkan di Indonesia, kedaulatan adalah di tangan rakyat. Pemerintah bukan penguasa, tapi abdi rakyat. Kita bukan negara monarki absolut dimana sang raja adalah yang paling berkuasa (walaupun ada daerah istimewa). Para birokrat adalah pejabat publik yang melayani masyarakat secara adil, tidak pandang siapa yang lebih berduit dan siapa yang lebih berkuasa. Banyak aspek keadilan yang perlu dibenahi. Kesempatan memperoleh pendidikan dan sarana penunjang kesehatan adalah salah satu yang paling krusial. Jangan sampai muncul buku "orang miskin dilarang sekolah" dan "orang miskin dilarang sakit" jilid 2.
Sepertinya saya sedang curhat tentang kegalauan hati mengenai bangsa ini. Sebenarnya memang iya, namun saya tidak hendak bergalau tanpa harapan. Dari pemikiran sederhana diatas mari kita mencari lagi fondasi kita. Mari kita membangun keseharian kita dengan landasan Pancasila. Mari kita amalkan Pancasila. Mari menjadi pelaku perubahan, lebih dari sekedar berwacana. Dimulai dari individu-individu yang berubah, maka bangsa Indonesia pasti bisa berubah, menemukan kembali fondasi kita dan terus membangun diatasnya.
Tentang perubahan yang diawali dari diri sendiri dengan memberi keteladanan kepada sesama, Sang Guru Besar pernah berkata, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."
Friday, May 31, 2013
Si Farisi
Apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata Farisi? Mungkin pikiran kita akan terarah kepada golongan manusia-manusia yang terkenal akan kemunafikannya. Atau mungkin sekelompok orang yang suka cari penghormatan dengan melakukan pencitraan dimana-mana. Karena pencitraan Farisi di kalangan Kristen sebagian besar cenderung buruk, maka kita sering melupakan bahwa ada diantara mereka yang sesungguhnya berbeda. Bahkan karena Yesus mengecam orang-orang Farisi kita jadi punya stigma negatif terhadap semua orang Farisi. Namun taukah dan ingatkah kita bahwa diantara mereka ada yang berbeda?
Ingatkah kita pada seorang Farisi yang mendatangi Yesus? Yang membela-Nya di tengah-tengah golongannnya sendiri ketika Yesus diadili? Yang membawa mur dan gaharu saat pemakaman-Nya? Ya, dialah Nikodemus.
Ingatkah pula akan seorang Farisi yang juga anggota Sanhedrin (Mahkamah Agama) yang membela para rasul pada saat mereka diadili, yang atas nasihatnya akhirnya para rasul dilepaskan? Ya, dialah Gamaliel.
Dan yang paling heboh. Taukah dan ingatkah kita akan murid Gamaliel? Seorang Farisi yang dulunya menganiaya jemaat, yang kemudian bertemu dengan Yesus, dan mengabdikan diri sebagai pelayanan untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain. Seorang yang di kemudian hari termasuk dalam bilangan para rasul. Seorang yang berganti nama dari Saulus menjadi Paulus. Dan tentang Paulus, dialah sosok Farisi yang paling saya kagumi. Keteguhan hatinya, pengetahuannya, keluwesannya, dan dedikasinya sungguh luar biasa.
Paulus tidak menyangkal identitasnya sebagai orang yang dididik dengan mazhab Farisi. Toh sesungguhnya Farisi tidak berarti munafik. Orang Farisi percaya akan adanya kebangkitan, dan itulah yang digunakan oleh Paulus sebagai penjembatan untuk memberi jawaban tentang imannya pada waktu dia diadili. Tanpa kita sadari, kenyataan bahwa orang Farisi percaya akan kebangkitan sesungguhnya menjadi penjembatan untuk pemberitaan injil.
Saya jarang menemukan orang berbicara tentang kefarisian Paulus. Padahal Paulus menjadi seperti sebagaimana dia ada juga merupakan hasil didikan Farisi. Banggakah kita memiliki rasul seorang Farisi? Kalau saya sih bangga sekali. Bukan kepada kefarisian Paulus, tapi kepada Tuhan yang telah menuntun Paulus pada jalan kebenaran. Penganiayaan yang pernah dilakukannya kepada jemaat atau karena kefarisiannya boleh jadi membuat Paulus lebih banyak berkarya di luar orang Yahudi. Hari ini kenyataan masyarakat kita tak jauh berbeda dengan tindakan mengeneralisasi Farisi sebagai golongan munafik. Kadang di antara tetangga muncul pembicaraan,
A: eh, si ***** kok gini ya?
B: pantas, dia kan golongan ini, suku ini, asalnya dari...
Dalam obrolan lain,
C: hati-hati lho sama *****
D: kenapa?
C: dia kan orang ****, sombongnya minta ampun
Pandangan kita yang mengeneralisasi manusia berdasarkan golongannya berpotensi membuat kita tersesat oleh pemikiran yang salah. Sama seperti kebencian menghalangi kita melihat sisi baik seseorang, mengeneralisasi juga menghalangi kita melihat keunikan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Wednesday, May 22, 2013
Tips Membaca Buku
Buku adalah jendela dunia. Begitulah yang kita pelajari sejak kecil. Bagi orang yang cenderung auditori ketimbang visual seperti saya, membaca buku bisa jadi hal yang kurang menyenangkan. Namun ketika saya menyadari bahwa di bumi ini sumber pengetahuan lebih banyak berupa media visual daripada audio, maka saya memutuskan untuk mencintai buku.
Prinsip saya, entah sudah pernah ditulis di blog ini atau belum, adalah, "cinta itu keputusan, dan keputusan dapat mengarahkan perasaan untuk mengikutinya". Dari era analog sampai digital memang resource untuk menambah wawasan selalu lebih banyak visual daripada audio. Selain itu, audio book juga menimbulkan kendala yaitu ukuran file yang jauh lebih besar daripada ebook. Hal inilah yang membuat saya harus mencintai kegiatan membaca.
Berikut akan saya bagikan tips membaca buku. Tips ini hanya berlaku bagi anda yang telah memutuskan untuk mencintai buku(lebih tepatnya mencintai membaca). Bagi anda yang belum, putuskanlah untuk mencintai buku sekarang sebelum anda menyesal! (berbau ancaman,hehehe). Sebenarnya, untuk apa perlu tips membaca? Jawaban sederhananya agar kita memperoleh sebesar-besarnya manfaat dari buku tersebut. Ada buku yang mudah dan ada yang sulit dipahami. Sampai saat ini saya memiliki satu buku yang sudah dipinjam oleh tiga orang, dan semuanya menyerah untuk menyelesaikannya, padahal buku itu tidak tebal(jangan membayangkan itu buku yang menyeramkan, sadis, atau membosankan). Menurut para peminjam, buku tersebut 'berat'. Dari latar belakang inilah saya berniat menulis tips, yang sebenarnya berdasarkan pengalaman pribadi. Dan inilah tipsnya.
MILIKI NIAT UNTUK BACA SAMPAI SELESAI
Jika kita hanya menyelesaikan separuh buku, bisa jadi hanya separuh manfaat yang kita peroleh. Sering saya temui orang-orang yang setengah tahu, biasanya berlagak tahu. Waspadalah, karena potensi ini juga mungkin terjadi pada kita. Orang yang berlagak tahu biasanya berujung pada mempermalukan diri sendiri, terutama ketika dipertemukan dengan orang yang benar-benar tahu. Saya selalu membaca bab Pendahuluan lebih dahulu karena dari situ saya dapatkan gambaran secara umum apa yang akan diselami di bab-bab berikutnya. Kata pengantar juga cukup penting karena dari sana kita tahu siapa yang me-review buku tersebut dan merekomendasikannya pada kita. Semakin terkenal/berpengaruh/kompeten sosok yang menulis kata pengantar, kita semakin yakin bahwa buku itu berkualitas. Sekali lagi selesaikanlah, terlepas anda mengerti atau tidak.
CATAT HAL YANG DIPAHAMI DAN TIDAK
Dengan mencatat hal yang dipahami, kita memberi efek perekat pada ingatan kita tentang sesuatu yang dicatat. Selain itu kita juga lebih mudah mengaksesnya jika diperlukan. Setelah mencatat hal yang tidak/belum dipahami, berusahalah mencari tahu dengan informasi tambahan, bisa dari googling, buku lain, tanya pakar, dsb. Dengan demikian kita mendapat pencerahan dan menjadi paham. Buatlah catatan setiap selesai membaca, entah itu selesai setengah bab, satu bab, atau lebih. Kadang hal-hal yang tidak kita pahami di bab sebelumnya akan menemui pencerahan di bab berikutnya. Dengan membuat catatan, kita akan mudah mengakses informasi yang ingin kita perdalam dengan cepat. Setelah semua terbaca, rapikan lagi catatan kita supaya lebih sedap dibaca dan memiliki alur yang baik. Catatan ini bisa menjadi rujukan bagi kita maupun orang lain yang hendak membaca buku tersebut.
ULANGI
Kita bukan manusia super yang dapat memahami dengan sempurna seluruh isi buku dalam sekali baca. Kadang kita masih belum paham tentang sebagian isi buku tersebut, setelah dicatat dan cari informasi di luar masih juga belum mendapat pencerahan. It's ok. Teruskan membaca sampai selesai dan ulangi membaca lagi dari awal. Kadang pencerahan didapatkan saat membaca ulang. Tiba-tiba seolah-olah muncul lampu terang(cling!), eureka!!! Bahkan kadang kita mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hal yang sebelumnya sudah kita pahami. Dengan pengulangan, yang samar semakin terlihat, yang terfragmentasi menjadi utuh.
Demikian tips sederhana membaca buku dari saya. Semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Salam baca.
Wednesday, May 8, 2013
Padi dan Tong
Jangan banyak bicara. Orang yang banyak bicara membuat banyak kesalahan. Karena itu, bersikaplah bijaksana dan kendalikanlah lidahmu.
Amsal 10:19 FAYH
Dan seorang Farisi yang sangat saya kagumi menasihatkan,
Bekerjalah bersama-sama dengan senang hati. Jangan berlagak seperti orang besar. Janganlah mengambil hati orang-orang yang penting, melainkan hendaklah Saudara merasa senang bergaul dengan orang biasa. Janganlah menganggap diri Saudara mengetahui segala-galanya.
Roma 12:16 FAYH
Thursday, April 25, 2013
Renungan Hati
Sunday, April 21, 2013
Sekilas Tentang Kartini dimata Seorang Pemikir Bodoh
Friday, April 19, 2013
Tahun Tahun Sisa Hidupku Yang Singkat
Thursday, April 18, 2013
Ketika
Ketika kesadaran dan mimpi menyatu, entah disebut setengah sadar, ngelindur, atau apapun, yg jelas itu indah.
Ketika malam tak lagi menghadirkan kantuk dan siang tak mendatangkan gairah, bumi serasa berputar dari timur ke barat.
Ketika air dan minyak telah menyatu menjadi busa, keduanya tak menyesal dengan wujud barunya.
Ketika peluh dan doa berpadu, setiap peluh adalah doa dan setiap doa terwujud oleh peluh.
Ketika langit tak lagi jadi bapa dan bumi tak lagi jadi ibu, anak manusia lah yang meneteskan benih dan mengandung di perutnya.
Ketika kata tak lagi sekedar simbol bahasa, setiap gerakan, lirikan, senyum, adalah kata dalam bahasa universal.
Ketika kesahajaan dan kejujuran berpadu dalam kanvas, lahirlah mahakarya lukisan. Ketika berpadu dalam nada, lahirlah lagu kehidupan.
Ketika manusia, dalam kesadaran kodratnya menyadari kesetaraan, terciptalah perdamaian.
* Ketika fajar menerpa mataku yang belum terpejam.
Sunday, April 7, 2013
7 cowards
Setelah berjalan menyusuri rak-rak buku anak, akhirnya ketemu juga bagian buku dewasa. Namanya juga buku obralan, tentu buku-buku yang diobral bukan buku baru. Mengesampingkan baru atau tidaknya suatu buku, saya lebih suka melihat dari sisi manfaat dan relevansi. Misalnya: majalah komputer jadul sih malas beli, tapi kalau buku tentang parenting yang relevan untuk diterapkan di berbagai jaman kenapa tidak?
Syukurlah ada beberapa buku yang memang tidak terbungkus, sehingga bisa diintip isinya. Dan ada satu buku yang kondisinya sudah tidak terbungkus plastik, stok cuma ada satu, dan sudah berkerut di beberapa bagian. Buku ini lebih layak dikatakan buku bekas daripada buku sisa. Tapi judulnya yang provokatif telah berhasil membuat saya mengintip isinya. Buku itu berjudul 7 (seven) Cowards. Buku ini ditulis oleh Edysen Shin, di dalamnya dijelaskan ada tujuh macam kualitas pecundang yang bisa jadi bahan perenungan mengapa kita tidak bisa hidup maksimal. Apa yang disampaikan di buku ini cukup menohok saya, karena ternyata saya pecundang yang takut untuk hidup maksimal. Saya akan bagikan ketujuh poin ketakutan yang menempatkan kita menjadi pecundang. Inilah ketujuh hal itu:
1. Takut bermimpi besar
2. Takut hidup santai
3. Takut memberi
4. Takut menderita dan ditertawai
5. Takut berteman dengan orang sukses
6. Takut mengampuni
7. Takut gagal
Saya tidak akan menerangkan satu persatu tentang ketujuh ketakutan diatas. Jika pembaca benar-benar ingin tahu secara detail silahkan beli bukunya. Dari ketujuh poin diatas kita sebenarnya bisa memperkirakan penjelasannya akan seperti apa. Namun jika masih belum bisa memperkirakan, beli saja bukunya. Saat obral buku tersebut dihargai Rp 10.000 saja. Sangat layak untuk isi yang bermutu.
Sepulang dari Grand City saya banyak merenung tentang ketujuh hal itu. Lebih daripada itu, saya belajar untuk beranjak dari sana. Perubahan bukan sebuah perubahan sampai terjadi perubahan, demikian kata Ed Cole, penulis Maximize Manhood. Perubahan diawali dari pola pikir dan diwujudkan dalam tindakan. Saya berharap dengan sharing sederhana ini pembaca juga dapat mengoreksi diri. Adakah ketakutan yang kita miliki yang menghambat kita menjadi pribadi yang maksimal? Mari beranjak dari ketakutan menuju keberanian. Kita lahir untuk jadi pemenang, bukan pecundang.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Oh ya, sebenarnya saya tidak jadi beli buku ini, tapi buku The New Gold Standard yang berkisah tentang seluk beluk bisnis hotel Ritz-Carlton. Hehehe...
Monday, March 18, 2013
Sedikit Tentang Tujuan
Sunday, March 17, 2013
Pasangan Hidup (bag 3)
- Inisiator dalam berpasangan adalah Tuhan.
- Bagian kita adalah mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan pada kita dengan penuh tanggungjawab hingga selesai.
- Tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan Tuhan adalah pembelajaran sebelum kita masuk pada fase berpasangan.
- Tuhan mempersiapkan pasangan hidup yang terbaik untuk kita. Dia membentuk pasangan kita menjadi pribadi yang utuh bahkan saat kita tidak menyadarinya.
- Tuhan mempertemukan kita dengan pasangan di saat kedua pribadi sudah benar-benar utuh dan siap berpasangan.
- Tujuan berpasangan adalah pernikahan, tidak ada main-main atau coba-coba. Dan di dalam pernikahan ada buah yang dihasilkan yaitu keturunan ilahi. Maka dalam pernikahan harus ada kesatuan roh dan daging.
Dengan ini maka usailah seri Pasangan Hidup yang kita pelajari dari kisah Adam dan Hawa. Kisah yang memberi kita pelajaran penting tentang prinsip berpasangan. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Sampai bertemu di tulisan berikutnya.
My Blog List
-
C.T. (Cari Tuhan)7 years ago
-
Polemik Iman9 years ago
-
My 2014 in Review9 years ago
-
Bentuk Lain Rasa Sayang10 years ago
-
-
Nasib Bangsa Di Pundak Mahasiswa13 years ago
-
-
who is Danu Retakson ??
Popular Posts
-
Dalam waktu kurang dari dua minggu bibir saya sudah tergigit tiga kali. Semua terjadi pada saat mengunyah makanan. Peristiwa pertama me...
-
Hidupku bukanlah tentang aku. Segala yang terjadi sejak hari kelahiranku bukan tentang aku, bukan demi aku, dan bukan untuk aku. Hidupku jug...
-
Pernah terbayang di pikiran bahwa umurku tak akan lama lagi. Ini bukan pikiran orang yang sedang putus asa karena penyakit ganas, karena saa...
-
Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata identitas? Mungkin sebagian kita terpikir KTP, SIM, dan semacamnya yang disebut kartu id...
-
Ketika Kasih Sayang dan Eros dijadikan tema, banyak orang siap menjadi pendengarnya. Tapi mungkin tidak banyak orang yang menganggap Persah...
-
Inilah contoh status rohani seseorang (sebagian orang). Kalau update status isinya update kegiatan-kegiatan rohani seperti ini: Minggu Jam...
-
Ada hal yang cukup menggelitik tentang apa yang (katanya) diinginkan manusia, dengan apa yang sesungguhnya diinginkannya. Karena saya berk...
-
Perubahan itu konstan. Selalu terjadi perubahan dalam kehidupan. Ada perubahan yang menguntungkan, ada pula merugikan. Ada yang menyenangk...
-
Pagi ini, seperti biasa setelah bangun tidur, saya bergegas turun dari kamar di loteng ke bawah. Sambil menenteng ponsel, charger, dan bot...
-
Sebagai orang percaya tentu kita sangat familiar dengan kata 'kasih'. Pertama kali kita berjumpa dengan Pribadi terkasih adalah mo...
Labels
- agape (1)
- bike2work (1)
- buku (3)
- catatan (2)
- celah (1)
- cinta (5)
- cinta. kasih (5)
- doa (1)
- galau (2)
- game (1)
- gowes (2)
- identitas (2)
- Indonesia (1)
- ingin (1)
- jejaring sosial (1)
- jendela (1)
- kasih (5)
- keluarga (1)
- kerja (3)
- komunitas (3)
- kuliah (3)
- lagu (2)
- liburan (1)
- makan (1)
- media (1)
- memiliki (1)
- mimpi (1)
- musik (1)
- natal (2)
- olah kata (1)
- olahraga (2)
- pasangan (3)
- pemilu (2)
- perenungan (39)
- pilpres (2)
- politik (1)
- ramaikan (1)
- review (1)
- sajak (1)
- selingan (1)
- sempit (1)
- sharing (8)
- SMA (2)
- tips (1)
- tugas akhir (1)
- valentine (4)
- wisuda (1)
Friends
Copyright © Danu Retakson. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | American Silver Eagle Coins